• 28 •

4.5K 255 2
                                    

Setelah Sabtu malam dihabiskan dengan berjam-jam di gramedia, dilanjut window shopping, dan mangkir di Richeese sampai pukul sembilan, minggunya Tara habiskan dengan menonton film di laptop seharian penuh.

Dan akhirnya kembali lagi ke rutinitas semula, siap-siap untuk senin pagi. Ia menyisir rambutnya asal, meraih tasnya lalu melenggang menuju dapur yang ada di lantai bawah. Bertepatan dengan Dio yang baru keluar dari kamarnya. Mereka sempat bersitatap sebelum Tara yang membuang pandang lebih dulu.

"Jadi, pacar Kak Raka yang baru itu saudara tiri lo?" ujar Dio tanpa tedeng aling.

Tara mendengus. "FYI, dia juga saudara tiri lo."

Tak mengindahkan Tara, Dio menuruni tangga lebih dulu. Di meja makan sudah Ada Arsen, Eva dan Kaila yang menunggu.

"Pagi, Dio." Kaila menunjukkan giginya. Yang dibalas dengan senyum tipis oleh empunya.

"Tara mana, Di?" tanya Arsen mengambil roti selai kacang yang dibuat Eva.

"Di belakang." Dio menunjuk tangga dengan dagunya.

"Oh, iya, mulai hari ini kalian bertiga akan diantar-jemput sama Pak Didi," ujar Arsen yang menatap Dio dan Kaila bergantian. "Gak ada penolakan, ya."

Eva mengusap bahu Dio, seolah berkata, "Udah, kamu nurut aja."

Sementara dahi Dio membentuk lipatan dalam. Apa-apaan ini.

"Dek, kok berdiri di situ? Sini, sarapan." Eva yang menyadari Tara berdiri di anak tangga terakhir menegurnya, membuat atensi yang di meja teralih padanya.

Tara melangkah malas. Kemudian duduk di sebelah Kaila. "Pagi, semua."

"Pagi, Tar." Entah jawaban kompak keempatnya terasa menyebalkan didengar pagi ini untuk Tara. Ternyata Arsen benar-benar serius dengan ucapannya.

"Segera habiskan, Pak Didi udah nungguin di luar," ujar Arsen yang sudah selesai sarapan. Eva ikut berdiri, lalu membenarkan dasi suaminya.

Beberapa hari ke belakang memang ini sudah jadi hal yang biasa seharusnya, tidak perlu membuang pandangan atau semacamnya seperti yang dilakukan Tara dan Dio saat ini. Mereka kerap kali menghindari hal yang dilakukan keluarga pada umumnya, terlebih saat makan malam, Dio lebih memilih diam di kamarnya sampai orang rumah terlelap. Membuat Eva harus mengantarkan makanan ke atas.

Berbeda dengan Kaila yang menganggap itu hal lumrah. Ia tetap melanjutkan sarapannya. "Pa," perempuan berambut bergelombang itu memanggil Arsen. Menunjuk pipi kanannya.

Cup.

Satu kecupan mendarat di pipi kanan Kaila. Lalu ia beralih mengecup pipi Tara, membuat sang empunya melotot. "Papa berangkat, ya," katanya seraya mengacak rambut Dio.

Arsen meninggalkan meja makan bersama Eva.

Kaila ikut berdiri, ia meneguk susunya sampai tandas. "Gue tunggu di luar, ya."

Tersisa sepasang kakak-beradik yang memilih berlama-lama di sini. Tara mengusap pipinya yang terkecup Arsen, sementara Dio membenarkan rambutnya yang semula rapi.

Keduanya menghela napas berat.






[].

DONAT DABEL APDET NICHHH

Makasihhh gaess, kalian sudah meluangkan waktunya untuk menunggu, membaca, vote dan komennya di sini. Tanpa kalian, TARAKA bukanlah apa-apa💙
Gak nyangka sudah mencapai 1K views hwhw terharoe donat🤧🤧
Terus tungguin notif dari TARAKA YHAWW!!! 😙😙🤗🤗




—Salam donat;)
27/06/19

TARAKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang