• 81 •

4.2K 222 7
                                    

Tara menghampiri Eva dan Dio yang sedang melihat acara TV bersama sore ini. Mungkin hari ini Dio libur les, pikirnya.

"Tara pulang."

Eva dan Dio menoleh.

"Sini, Dek." Eva menepuk tempat di sebelahnya, Tara menurut. "Papa tadi telepon Ibu. Kamu udah pikirin matang-matang mau pindah?"

"Iya, Bu. Kan ibu sendiri yang bilang waktu itu, Dio gak mau pindah. Tara gak masalah kok, Tara juga sebenarnya pengin ketemu Papa."

"Jadi ini yang lo maksud," guman Dio. "Bukan karena yang lain, kan?"

"Yang lain gimana?" Eva mengernyit.

"Masalah cowok mungkin ya," jawab Dio yang langsung dihadiahi pelototan tajam.

"Apaan sih, gue gak sealay itu!" bantah Tara.

Eva memberikan tatapan menggoda. "Oh, gitu? Kamu masih suka Raka ya, Dek? Kasihan anak ibu, gagal move on."

Tara mendelik. "Nggak, bu. Jangan dengarin Dio, dia emang sesaat!"

"Apaan sih, kenapa gue?" Dio tak terima.

Tara mendengus kesal. "Terserah."

[].

Kaila sedang menatap kosong jendela yang mengarah ke halaman belakang saat Tara baru saja sampai di lantai atas.

"Udah mendingan, Kai?" tanyanya.

Dengan tatapan datarnya, Kaila menoleh. "Gak perlu sok peduli sama gue."

Tara mengernyit. "Maksudnya?"

Kaila beranjak dari sofa. "Senang 'kan sekarang, udah rebut semua yang gue punya? Ini kan yang lo mau. Congrats, lo berhasil."

"Apa sih, Kai? Gue gak ngerti." Tara menggeleng.

"Setelah lo dapat perhatian Papa, dimanja kayak putri, mengagung-agungkan kelebihan yang lo punya, dan ambil Raka dari gue, bagian mananya yang gak ngerti?!" Napas Kaila memburu, menatap nyalang lawan bicaranya. "Puas lo sekarang bikin gue berantem sama papa? Senang lo direbutin kayak gitu sampai Raka mutusin gue?!"

Tara tak berkutik sama sekali. Ia kelewat kaget melihat tatapan nyalang yang tertuju padanya, nada berapi-api, dan suara napas Kaila.

"Kenapa semua orang selalu berpihak sama lo?! Kenapa gak biarin gue punya satu orang aja untuk berbagi cerita. Harus ya lo ambil semuanya?!"

"Kai ... "

Kaila memijat pelipisnya, rasa pusingnya kembali datang. "Gue gak tahu apa yang ada dipikiran Lo. Tapi, lo benar-benar licik, Tar. Bisa-bisanya semua orang tertipu sama muka polos Lo."

Tara menggeleng. Membantah tuduhan itu.

Suara langkah kaki menaiki tangga membuat Kaila tersenyum masam. "Dan sekarang lo akan dibela abis-abisan."

"Kaila, Tara, ada apa ini? Kenapa ribut-ribut?" tanya Eva dengan cemas.

Kaila kembali duduk di sofa dengan tangan menutupi wajahnya. Sontak membuat Eva menghampirinya, memeluknya dengan sayang.

"Sayang, kamu kenapa? Sini cerita sama mama."

Sementara Dio mendekati Tara. Ia melihat air wajah kakaknya dengan seksama. Persis saat mengetahui perceraian kedua orang tuanya dulu. "Are u okay, Tar?"

Tara memeluk Dio erat. Menenggelamkan wajahnya di dada bidang adiknya, kemudian menumpahkan tangisnya di sana. Kaila membencinya, sangat amat membencinya.



[].

HAIII
AKU APDET LAGI NICH!!
Vomments yang banyak lagi ya 💙💙

Ada bonus nih, Kaila capek:(((

Ada bonus nih, Kaila capek:(((

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




—Salam donat;)
17/10/19

TARAKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang