• 35 •

4.4K 250 1
                                    

Tara dan Kaila baru saja tiba di ruang keluarga, sudah ada kedua orangtua mereka dan Dio yang anteng duduk di sofa. Sebenarnya tadi Kaila datang ke kamar Tara dan membujuk saudaranya itu untuk ikut bergabung menonton TV.

Ia sempat bertanya-tanya, hampir dua bulan tinggal di sini, Eva maupun Arsen tidak pernah memaksanya untuk ikut bersantai, kecuali jika ia memang sedang dalam mood baik saat ditawari oleh Kaila.

"Habis belajar, Tar?" tanya Arsen.

Tara mengangguk singkat. "Iya, Pa."

"Nanti ajari Kaila juga, ya? Sebentar lagi 'kan kalian akan libur akhir tahun."

Tara mengangguk lagi. Ia melirik Kaila yang ikut melihat acara TV di sebelah Dio.

"Kapan kalian ujian akhir?" tanya Eva.

"Dua minggu lagi, Ma," jawab Kaila. "Nanti kita liburan ke mana, Pa?" Mendadak mata Kaila berbinar.

Arsen tersenyum kecil, melirik anaknya yang lain. "Hm ... Tara dan Dio maunya ke mana?"

Sementara yang ditanya hanya saling tatap.

"Tara ikut aja." Karena merasa tidak memiliki hak apapun untuk menentukan, akhirnya Tara mengedikkan bahunya.

"Dio juga."

Kaila menatap keduanya tak setuju. "Jangan gitu, dong. Kita tentuin barengan."

Dio baru saja ingin bersuara, namun Arsen sudah lebih dulu menengahi. "Kalian pilih aja, mau ke Puncak, Lembang, atau Ciwidey?"

Tara mendengus. "Puncak aja."

"Lembang kayaknya bagus," ujar Dio.

Kaila menjentikkan jarinya. "Bagus banget, dua-duanya! Jadi, Kita mau Lembang, lalu pulangnya ke Puncak?"

Eva menggeleng keras. "Nggak, Sayang. Itu terlalu beresiko. Lagi pun, Kita hanya punya waktu satu minggu."

"Ya udah Puncak aja yang dekat." Dio mengalah.

"Yeayy! Akhirnya kita punya family time!"

Dio tidak tahu kenapa Kaila sebegitu senangnya menganggapi liburan mereka. Ia rasa, tidak perlu meloncat-loncat di sofa lalu memeluk Tara yang sama sekali tak membalasnya.

"Kai, jaga sikap." Arsen memperingati tingkah anaknya melalui mata.

"Hihi .... " Kaila menutup mulutnya. "Aku senang, Pa, akhirnya kita bisa liburan."

"Kalau kalian masuk ranking lima besar, Papa punya hadiah buat kalian."

"Serius, Pa?" tanya Dio. Ia berencana ingin membeli bola basket baru.

"Iya, serius dong. Makanya kalian harus giat belajar."

Dio tersenyum samar.

"Hadiahnya apa? Boleh request 'kan, Pa?" Kaila menggoyangkan tangan Arsen dengan semangat, membuat Eva mengusap puncak kepala Kaila dengan gemas.

"Ada deh, rahasia."

"Ah, Papa curang!"

Arsen tertawa. "Dio dan Tara sih, gak diragukan lagi. Kaila jangan mau kalah, dong."

"Aku belajar, kok." Kaila mengerucutkan bibirnya sebal.

Mungkin keluarga yang dulu ia harapkan kembali tidak akan seperti semula, tapi Tara yakin, mungkin yang terbaik untuk saat ini adalah menerima keluarga barunya.





[].


Vomments dong gengs, yang kemarin sepi:((((




—Salam donat;)
07/07/19

TARAKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang