• 67 •

3.7K 197 2
                                    

Hari ini adalah hari tersial bagi Raka. Gara-gara pulang dari acara Nando pukul sepuluh malam, ia harus kena ceramah oleh Bian, larangan pulang larut apalagi masih memakai seragam sekolah, mengerjakan tugas dengan baik dan harus fokus!

Semalam ia ngebut mengerjakan tugas ekonomi mengenai Pajak Bumi dan Bangunan sebanyak dua puluh soal dan tugas Geografi dari Pak Kusnadi mengenai kearifan lokal, ditambah Tian yang terus meminta tips untuk mendekati Tara. Al hasil, ia bangun terlambat, mendapat nyanyian selamat pagi—ceramah panjang lebar—dari Kiera dan ... boom! Ia telat dan terpaksa masuk lewat pintu belakang sekolah dekat kantin yang sialnya ternyata ada Bu Arum di sana.

Dengan kekuatan seribu kaki, Raka berlari menghindari kejaran bu Arum, tepat di tangga menuju lantai dua, Raka bertemu Karina dan Tara yang berlawanan arah dengannya.
Raka menahan napas kala tak sengaja bahu mereka bersenggolan. Tak mampu membuat Tara menoleh, namun jantungnya sukses berdebar hebat. Ini kenapa, sih? Efek dikejar bu Arum si penjaga perpustakaan yang killer itu, kan?

"Woi, Raka!" seru Tian di atas tangga. "Ngapain lo ngos-ngosan begitu? Abis dikejar setan, lo?"

Iya, bu Arum setannya.

Raka masih mengatur napasnya. Mengabaikan pertanyaan temannya.

"Heh, Saprudin, Pak Kusnadi udah masuk kelas, mau di sini sampai kapan?"

"Berisik lo," ketus Raka. Setelah merasa agak baikan, ia menaiki tangga menyusul Tian.

Kali ini, kepalanya penuh memikirkan hubungan Tara dan Tian yang semakin dekat. Pertama, peminjaman hoodie, oleh-oleh, beberapa kali ia mengintip ponsel Tian yang sedang chat dengan Tara, sikap Tian yang menunjukan naksir berat pada Tara, hingga ia melihat mereka berjalan berdua di mall, dan kemarin Tian benar-benar nekat mengirim donat ke rumah perempuan itu. Raka tak habis pikir, bagaimana seorang Tian bisa begitu handalnya mendekati Tara.

"Eh, Ka," ujar Tian.

"Apa lagi?" Raka menatap temannya malas. Sumpah, pagi ini ia merasa kesal entah pada siapa.

"Benaran gak mau bagi tips, nih?"

Raka berdecak kesal. "Sebenarnya tujuan lo dekatin Tara buat apa, sih?"

"Buat jadian lah!"

"Yakin cuma itu?"

"Apaan sih, lo. Kayak bapak yang lagi jagain anak perawannya aja."

Plis, ya, Tara emang perawan. "Gue serius." Kali ini ada ketegasan yang tergurat di wajah Raka.

"Bentar-bentar," Tian mencorat-coret buku geografinya. "Gue lagi fokus mikir gimana caranya nyontek gak ketauan, nih. Tau sendiri lah geografi itu gimana," katanya mengalihkan pembicaraan.

"Tahu bangsat, gak lo, Njing?"






[].



Haiooo!!
Telat apdet gapapa kan ya?:(
Kelupaan mulu bukan berarti gak sayang kalian❤️❤️❤️




—Salam donat;)
20/09/19

TARAKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang