Tara melepas genggaman tangan Tian, berpura-pura membenarkan ikat rambutnya. Mereka berjalan bersisian.
"Lo lihat tadi?" tanya Tian.
Tara mengernyit bingung. "Maksud lo?"
"Raka. Dia juga mau nonton."
"Ohh. Nggak." Tara hanya melihat Kaila pergi dengan taksi tadi sore, tidak berpikir kalau mereka juga ke sini. "Kenapa?"
"Gak pa-pa. Kita jadi ketemu Karina?"
"Jadi. Karina udah ada di Gramed." Sebelum memasuki teater tadi, Karina sempat memberi kabar untuk menunggunya di Gramed, lagi-lagi ia minta ditemani berpacaran dengan buku.
Mereka turun dari lift di lantai dasar, Karina sudah berdiri di depan Gramedia, melambaikan tangan ke arahnya.
"Itu, dia!" seru Tara, menarik tangan Tian untuk mengikutinya.
Karina mengernyit tak suka. "Lo mau masuk juga?" tanyanya pada Tian.
"Gue cuma antar Tara sampai ketemu sama lo aja," katanya. "Tar, gak pa-pa nih, gue duluan? Atau gue tungguin aja sampai kalian selesai?"
Tara mengangguk. "Gak pa-pa. Kita akan lama di sini, lo bisa mati kebosenan."
"Ya udah, gue balik duluan." Sebelum pergi, Tian menyempatkan untuk mengusap puncak kepala Tara.
"Apa-apaan itu, tadi?" Karina menatap kepergian Tian tidak terima dengan perlakuannya pada Tara.
Tara berjalan lebih dulu memasuki Gramedia. "Udah lah, nanti gue jelasin."
"Kenapa lo mau jalan sama si Tian itu? Lo ingat 'kan, dulu dia—"
"Na, gue capek."
Karina yang tadinya memilah buku fiksi langsung membalikkan tubuhnya ke arah Tara, meminta penjelasan.
"Lo tahu 'kan, Raka itu gak tahu dirinya udah sampai ubun-ubun, kalau gue gak dekat sama siapa-siapa dia akan terus gangguin gue. Terlebih status gue dan Kaila udah berubah, gue gak mau dicap sebagai perebut pacar saudara gue sendiri.
"Gue tahu sejak dulu kalau Tian sempat naksir berat sama gue, meskipun dia gak ngungkapin tapi gue tahu dari cara dia bersikap ke gue. Dan gue memanfaatkan Tian yang berusaha narik simpati gue sekarang. Keputusan gue ini emang egois banget, bisa aja nyakitin Tian kapan pun. Tapi gue gak mau ngerusak hubungan gue sama Kaila yang udah baik-baik aja."
"Tar," Karina menyentuh bahu temannya yang lemah. "Gue tahu sejak Tante Eva dan Om Arsen menikah, lo dan Dio gak baik-baik aja. Kadang, untuk meringankan beban, seseorang harus bersikap egois."
Tara merasa lega karena Karina tidak memarahinya atas kejujuran yang ia ungkapkan. "Makasih, Na."
"It's okay. Terus, tadi lo ke mana aja sama Tian?" Merasa Tara sudah seperti semula, Karina kembali memilah buku fiksi.
"Sebelum nonton, Kita ngopi dulu di Janji Jiwa yang di Baranangsiang, terus gue ajak makan somay di depan itu."
Karina mengangguk. "Daripada melow, mending bantu gue cari novel."
"Teen fiction atau romance?"
"Fantasy."
"Tumben?"
Karina memberikan cengiran kudanya. "Lagi nyari suasana baru aja."
[].
HAIIIII
Donat apdet egen nich!!
Vomments yhaww💙💙—Salam donat;)
19/08/19
KAMU SEDANG MEMBACA
TARAKA ✓
Teen FictionTara Givanka tidak pernah menduga sebelumnya kalau ia akan menjadi saudara tiri Kaila, pacar dari mantannya; Raka. Azraka Tasena Dirgantara dibuat shock melihat 'mantan calon mertua-nya' berada di rumah sang pacar. Di depannya, perempuan paruh baya...