• 53 •

4K 221 1
                                    

Minggu ini Raka dan Kaila merayakan acara ulang tahun Kaila, setelah memberikan kado pada pacarnya, Raka mengajak Kaila nonton. Raka mengurungkan niatnya untuk mengantri tiket bersama Kaila kala ia melihat Tara dan Tian baru saja keluar dari teater satu. Tidak lupa dengan tangan Tian yang berusaha menggengam tangan Tara. Tara sendiri tidak merasa risi atas sikap Tian padanya.

"Kita di teater empat. Yuk!" Ajakan Kaila menyadarkan Raka kembali. Ia menurut saja kala tangannya ditarik ke teater empat.

Dalam benaknya, Raka bertanya-tanya, kenapa Tara mau saja diajak kencan oleh Tian? Apa mereka membeli tiket yang sama dengannya? Setelah ini mereka akan ke mana? Dan kenapa Tian tidak memberitahunya kalau ia akan mengajak Tara pergi?

Ia bisa bersikap biasa saja kalau Tian memang berusaha mendekati Tara, karena dulu, saat ia baru berpacaran dengan Tara, temannya itu baru mengaku kalau ia juga menyukai perempuan yang sama. Tapi ini Tara, Raka tidak yakin kalau Tara tertarik pada Tian, mengingat sifat mereka bahkan bertolakbelakang.

"Ka? Kamu dengar gak sih?" tanya Kaila kesal. Sedari memasuki teater Raka sama sekali tidak fokus.

Raka tersentak. "Eh, Kenapa?"

"Nggak, deh." Kaila memasang wajah masam, tangannya bersidekap di depan dada dan tatapannya lurus ke depan menatap layar.

"Kamu ngomong apa tadi, Sayang?" tanya Raka lembut. Kaila masih tak menoleh. "Hei, kok marah? Nanti Kita makan Ta Wan, ya? Kamu mau nyobain bento di sana, 'kan?"

"Berisik, filmnya udah mulai," ketus Kaila.

"Ya udah, aku tidur dulu, kalo udah beres bangunin, ya."

Kaila memukul lengan Raka. "Masa tidur!"

"Hehe ... makanya kamu jangan ngambek, dong." Raka berusaha tertawa padahal lengannya lumayan sakit karena pukulan Kaila.

"Kamu lagi mikirin apa, sih?" tanya Kaila.

Hening beberapa detik, hanya ada back sounds dari layar di depan mereka.

"Ka?"

"Nggak ada. Aku gak mikirin apa-apa. Ya, kamu tahu sendiri aku sebelumnya gak nonton film kayak gini."

Dalam keremangan Kaila berusaha mencari kebohongan di mata Raka, meskipun sulit. Kemudian ia memgangguk.

"Maaf, ya, Ka. Kamu jadi terpaksa nonton romance comedy gini."

Raka mengusap puncak kepala Kaila, lalu tersenyum. "Gak terpaksa kok." Terpaksa banget, anjir. Dulu mana mau gue nonton ginian.

Raka merileks-an tubuhnya, bersandar pada kursi teater. Ia hanya menatap layar di depannya dengan bosan, sesekali menguap. Berbeda dengan Kaila yang sangat menikmati alur film ini.

Gak pa-pa, emang cowok harus nurutin kemauan ceweknya, nonton apa aja yang penting gak ambekan, pikirnya.




[].

Happy weekend gaes!
Donat apdet egen nich, vomments, yhaw!!!💙💙



—Salam donat;)
18/08/19

TARAKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang