______________
Langit masih terlihat gelap, baru sedikit manusia yang beraktivitas di luar rumah, kebanyakan memilih untuk berdiam di bawah selimut tebal, menghindari dinginnya udara subuh. Di luar sudah terdengar suara lantunan adzan yang menggema di mana-mana.
"Humairah bangun, solat subuh!" Ucap ibunya Humairah dengan menepuk-nepuk pipinya. Sesekali menggoncang tubuhnya agar bangun dari posisi tidurnya. Tapi tetap saja, si anak malah diam tanpa berkutik, membuatnya jengkel karna susah dibangunkan.
"Lima menit lagi." jawab sang anak dengan mata yang masih setia terpejam. Sembari menarik selimutnya kembali yang sudah mulai terlepas dari tubuhnya karna di tarik sang ibu.
"Ayo bangun! nanti jodohnya diambil orang baru tau rasa!" Ancam ibunya. Humairah masih mencoba mencerna kata-katanya, sampai ia tersentak dan membuka matanya untuk melotot.
"Bundaaaa!! Gak baik tau ngomong begitu, kalo jadi doa gimana?" Protesnya.
"Ya makanya jangan susah bangun subuh. Sudah sana, pergi mandi terus shalat." Tubuh Humairah terbangun karna di tarik paksa oleh ibunya, di bawa sampai di masukan kedalam kamar mandi. Sang anak hanya bisa diam sembari berdengus kesal.
"Jangan lama-lama, bunda tunggu di meja makan." Kata ibunya sebelum keluar dari kamar anaknya. Setelah itu, Humairah melanjutkannya dengan mandi pagi, membuat tubuhnya merinding kedinginan, lalu shalat dan bersiap turun ke bawah untuk sarapan pagi bersama.
"Selamat PAGIII!!" Teriak Humairah ketika masuk ruang makan, membuat orang yang mendengarnya refleks menutup telinga karna suaranya yang cempreng, yang membuat kedua telinga berdengung ngilu.
"Kamu anak perempuan, ngga boleh teriak-teriak kaya gitu." Tegur ayahnya. Humairah hanya tersenyum polos melihatkan deretan giginya yang putih, tanpa merasa bersalah.
"Iya, nanti ga bakal ada yang mau jadi suami kamu kalo tau suara kamu kaya gitu." Kata ibunya membuat cengiran Humairah sirna seketika, terganti dengan bibir yang memanyun ke arah ibunya.
"Ah, bundamah ujungnya suka ke suami aja, Humairah kan masih kecil, masih jauh buat nikah." Katanya masih dengan wajah yang di tekuk.
"Masih kecil dimana? kamu kan udah 21 tahun. Sudah seharusnya menikah." Ibu dan ayahnya sekongkol ternyata. Selalu menyuruhnya menikah tanpa membantunya mencari jodoh. Gimana mau nikah kalau calonnya saja tidak ada?
"Iyatuh, kapan ngasih bunda mantu?" Nahkan, mereka benar-benar menyebalkan. Humairah hanya bisa berdengus mendengarnya. Bosan di tagih melulu menantu. Nanti setelah dapet, pasti di tagih Mulu cucu. Memang nggak ada habisnya.
"Nanti kalo udah waktunya." Jawab humairah kesal. kedua orangtuanya tertawa melihat wajah kesal Humairah, dan merekapun melanjutkan makannya.
"Yasudah Bun, ayah pergi kerja dulu ya." Ayahnya bangkit dari duduknya, lalu merapihkan bajunya, dibantu dengan ibunya yang merapihkan dasi yang terpasang di lehernya. Mereka benar-benar menyebalkan di mata Humairah, pagi-pagi sudah membuatnya panas karna iri.
"Hati-hati, sayang.." jawab ibunya dengan nada menggoda, sembari melirik ke arah Humairah. Lalu mencium punggung tangan suaminya lembut, di balas dengan kecupan singkat di keningnya.
"Khm." Deheman Humairah. "Nggak usah so romantis gitu, deh. Ira nggak sirik. Awas aja, nanti juga Ira bakal lebih dari itu." Katanya dengan wajah merajuk. Membuat kedua orangtuanya cekikikan.
"Wah, jangan dong. Kalo mau lebih di kamar aja jangan di tempat umum, iya ga Bun?" Ucap ayahnya sambil merangkul sang istri. Lagi-lagi Humairah berdengus kesal sambil memutar bola mata malas. Orang tuanya benar-benar suka sekali membuatnya jengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA [HmHs]
Romance"Perpisahan mengajarkanku bahwa mencintai tidak harus memiliki. Memilikimu adalah anugrah. Dan berpisah denganmu adalah awal ujian yang ternyata membawaku pada akhir yang membahagiakan." -Humairah. "Takdir cinta memang takan tertukar, meski awalnya...