"Saya tidak pernah menyangka akan bertemu nak Hasan dalam keadaan yang sama lagi."
Hasan tersenyum miris. Tidak pernah ada yang tahu rencana Allah bagaimana. Sama seperti sekarang, Hasan tidak pernah menyangka akan bertemu dengan seseorang yang pernah ia temui juga dulu dalam keadaan yang sama.
"Benar ustadz, sayapun tidak menyangka akan menghadapi hal sama lagi."
Laki-laki yang di panggil ustadz itu mengusap punggung Hasan lembut. Saat ini mereka tengah duduk berhadapan di dalam mushala. Untungnya mushalla nya sedang sepi, jadi akan terasa leluasa untuk Hasan bercerita banyak hal kepada ustadznya.
"Allah menguji tandanya kamu mampu menghadapinya. Percayalah, di Balik ujian ini pasti ada sesuatu yang baik yang sedang Allah siapkan."
Hasan mengangguk paham. Ya, Allah mengujinya karena Hasan mampu menghadapinya. Tapi hatinya tidak bisa sekuat baja, hatinya rapuh. Sangat rapuh.
Hasan menunduk, putus asa rasanya. Hasan tidak sanggup harus menemani humairah di ruang operasi nanti. Apalagi kalau harus melihat bayinya.
Bayinya, yang Hasan tunggu-tunggu selama sembilan bulan. Yang selalu membuat Hasan penasaran bagaimana rupanya nanti, sifatnya, dan tingkahnya. Akankah sama seperti Hasan, atau malah seperti humairah. Hasan tidak tahu, akan tahu bila banyinya bisa selamat.
Semoga saja, semoga saja keajaiban terjadi. Keajaiban yang membuat bayinya selamat. Dan Hasan tidak perlu takut kehilangan istri serta anaknya.
"Insyaallah, semuanya akan baik-baik saja. Percayalah."
Hasan mengangguk, "Aamiin. Ustadz sedang apa disini?"
"Istri saya melahirkan anak ketiganya, Alhamdulillah."
"Alhamdulillah, saya baru tahu ustadz punya bayi lagi."
"Semoga anak kamupun sehat-sehat ya, kita besarkan sama-sama, sekolahkan dia di pesantren saya, biar anak kita bisa tumbuh bersama."
"Aamiin ustadz ... Sayapun berharap bisa begitu."
Ustad Zainal. Seseorang yang tiga tahun lalu pernah Hasan temui di rumah sakit saat Husna melahirkan. Tiga tahun lalu, Hasan bertemu ustadz Zainal di mushalla juga, saat itu istrinya sedang sakit, sedangkan istri Hasan sedang melahirkan. Qadarullah, Allah mempertemukan mereka lagi dalam keadaan sama. Bedanya saat dulu Hasan menemani husna, dan sekarang Hasan menemani humairah.
"Bayinya sudah lahir?"
"Sudah, laki-laki."
"Masya Allah, kalau anak saya laki-laki nanti saya jadikan anak ustadz sahabat anak saya." Kata Hasan sembari sedikit terkekeh. Sedari dulu Hasan sangat menginginkan anak laki-laki. Agar kelak Hasan memiliki penerus untuk melanjutkan usahanya. Sedangkan Hasnah akan Hasan sekolahkan setinggi mungkin. Hasan tidak ingin Hasnah memasuki dunia bisnis, karena dunia bisnis itu keras, dan banyak sekali tantangannya. Hasan tidak ingin membahayakan anak perempuannya.
"Aamiin, yakinlah pada Allah, semuanya akan baik-baik saja." Ucap ustadz Zainal sembari mengusap punggung Hasan lembut.
***
Hasan sudah siap dengan jubah operasi. Hasan akan ikut menemani humairah yang akan menjalankan operasi Caesar. Humairah tidak sadarkan diri, humairah sudah di bius. Walau tidak di bius total, tapi karena kecelakaan tadi membuat humairah lemah dan masih belum kuat untuk membuka matanya.
Pergelangan tangan Humairah di penuhi infusan. Hidungnya di pakaikan oksigen. Humairah benar-benar lemah, dan hati Hasan sangat sakit melihat humairah yang terbaring lemah seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA [HmHs]
Romance"Perpisahan mengajarkanku bahwa mencintai tidak harus memiliki. Memilikimu adalah anugrah. Dan berpisah denganmu adalah awal ujian yang ternyata membawaku pada akhir yang membahagiakan." -Humairah. "Takdir cinta memang takan tertukar, meski awalnya...