Hasnah mau adek!

1.4K 89 2
                                    

Matahari mulai beranjak, menyinari bumi dengan cahaya hangatnya. Waktu menunjukkan pukul tujuh pagi. Dan humairah masih saja betah rebahan di atas kasurnya, sedangkan Hasan duduk menyender pada kepala ranjang.

"Gak lapar?" Tanya Hasan entah keberapa kalinya. Dan humairah tetap menjawab dengan gelengan.

"Nggak."

Hasan menghembuskan nafasnya. Sebenarnya dirinya yang lapar, perut dan lidahnya sangat menginginkan masakan humairah, apalagi nasi goreng spesialnya. Tapi apa boleh buat, humairah sedang ingin bermalas-malasan, dan itu di sebabkan oleh Hasan yang dengan kejamnya membuat humairah begadang sepanjang malam.

"Tapi aku udah lapar, say ..." Hasan menyubit hidung humairah, membuat humairah membukakan matanya dan meringgis ke arah Hasan.

"Kamu beli aja makanan di luar."

"Nggak mau, mau masakan kamu." Rengek Hasan dengan suara alay bin lebay.

Humairah menyembunyikan kepalanya di balik selimut, lalu terkekeh mendengar suara rengekan Hasan. Di depan Hasnah mana berani Hasan berkata seperti itu, yang ada dia akan malu sendiri.

"Kamu sih, buat aku capek, jadikan sekarang gabisa masak."

"Kan biar langsung jadi buahnya."

Humairah mencubit perut Hasan, membuatnya meringgis kesakitan. "Buah apaan ih! Emangnya aku pohon?" Ucap humairah dengan nada tidak terima.

"Iya, kamu pohon." Humairah melotot di Katai begitu. "Pohon kehidupan, pohon yang akan menghasilkan buah-buah cinta benih dari suamimu ini." Lanjut Hasan. Humairah tidak jadi ngambek, sekarang malah malu-malu kucing memukul-mukul dada Hasan pelan.

"Uww ... Gombal, ish!"

Hasan tertawa. Humairah dan Hasan sebelas dua belas ternyata, sama-sama sering bersikap seperti anak-anak bila sedang berdua. Bila ada Hasnah, sikap orang tualah yang keluar, apa jadinya jika Hasnah tahu sikap asli kedua orangtuanya? Bisa-bisa Hasnahlah yang menjadi orang tua mereka.

"Nanti aku masakin nasi goreng deh." Kini humairah sudah terduduk menyender ke kepala ranjang seperti Hasan. Tetapi selimut masih membungkus badannya.

Hasan mencium pipi humairah sekilas, "Muachh!! Masakin yang banyak ya!"

Humairah terkekeh karena ciuman Hasan yang berkali-kali, apalagi pipinya saat tersentuh oleh bulu-bulu halus di sekitar dagunya, membuat humairah merinding kegelian.

Hasan mendekap Humairah sembari mengelus-elus rambutnya yang masih sedikit basah karena bekas keramas subuh tadi.

"Sayang tahu gak?" Ucap Hasan. Humairah menatap hasan dengan raut bingung, lalu menggeleng.

"Nggak tahu."

Hasan terkikik, semakin mengeratkan pelukannya. "Bermanja-manja dengan pasangan itu pahala loh." Ucapnya.

Humairah menyipitkan matanya, jika Hasan sudah berbicara seperti itu pasti ada maunya.

"Iya tahu. Terus kenapa?"

Hasan tersenyum lebar, "Kita kumpulin pahala yuk! Masih pagi nih, pahalanya belum banyak di ambil orang."

Humairah melepas pelukan Hasan, lalu bangkit dari ranjang dan melompat untuk turun dari ranjang. Tangan humairah terlipat di atas dada, matanya menyipit ke arah Hasan. "Nggak sekarang! Katanya mau makan? Aku mau masak, kasian Hasnah nanti lapar." Ucapnya.

Hasan manyun, sekarang perutnya sudah tidak lapar lagi, yang lapar malah batinnya. Duhh Hasan.

"Sebentar aja, cium doang kok."

TAKDIR CINTA [HmHs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang