Sudah Husna katakan sebelumnya, bahwa Hasan benar-benar terlalu berlebihan!
Lihatlah sekarang, gara-gara dia memesan banyak makanan, Husna jadi korban perut kekenyangan. Hasan terus memaksanya untuk menghabiskan seluruh makanan yang ia pesan, dengan dalih "Kalau gak habis mubadzir, Hasan beliin itu untuk kamu, jadi sebagai istri nurut aja." Kalau sudah begitu, Husna bisa apa? Hanya menurut.
"Ayo satu suap lagi, buka mulutnya. Aaaa," kata Hasan sembari menyodorkan sendok di depan mulut Husna.
"Husna udah gakuat lagi, udah kenyang!"
"Pamali Husna, ayoo habisin."
"Gamau!"
"Habisin husna," keukeuh Hasan. Husna terus menggeleng sembari menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.
"Yaudahlah," akhirnya Hasan menyerah, ia memakan satu sendok terakhir itu. Husna bisa bernafas lega. Kalau banyak makan begini gagal sudah tubuh kurusnya, tidak lama juga ia pasti gendut lagi.
"Stok sembako di dapur masih ada nggak?" Tanya Hasan sembari membereskan barang-barangnya.
"Udah habis kayanya, mumpung lagi di mall kita belanja aja sekalian." Ucap Husna di setujui Hasan. Setelah berkemas dan membayar makanannya, mereka berjalan menuju tangga untuk naik kelantai dua.
"Naik lift aja Hasan, Husna masih kekenyangan nih, gakuat jalan." Kata husna sembari terus mengusap perutnya yang membuncit.
"Justru habis makan itu harus banyak gerak, biar kalorinya kebakar." Kata Hasan. Hasan menarik tangan Husna untuk naik ke tangga.
"Hasan ......!!"
Hasan terkekeh melihat Husna yang melangkah sembari ogah-ogahan. Sampai di tangga terakhir, Hasan melepas cekalannya pada tangan Husna, lalu mengambil satu keranjang belanjaan.
"Kita beli apa dulu?" Tanya Hasan sembari melihat sana-sini. Ini baru pertama kalinya Hasan pergi belanja begini. Biasanya Hasan hanya menunggu di tempat makan atau di mobil saat mengantar bundanya belanja.
"Beli sembako, terus persabunan, lalu ..."
"Lalu, apa?" Tanya Hasan. Bukannya menjawab husna malah senyam-senyum tidak jelas.
Heumm, Hasan tahu sesuatu di balik senyum Husna. "Cemilan?" Kata Hasan langsung di angguki Husna. Husna langsung menggandeng tangan Hasan membawanya ketempat sembako.
"Masalah makanan emang paling semangat ya?"
"Yaiyalah, kan buat di makan. Emang kamu gak doyan?" Tanya Husna. Hasan menggeleng, "Doyan, lah." Katanya membuat Husna tertawa. Hasan memang aneh, tadi saja menggeleng, tapi jawabannya doyan.
Memiliki suami seperti Hasan benar-benar sebuah anugrah sekaligus musibah untuk Husna. Sikapnya yang sering berubah-ubah membuat Husna harus banyak-banyak mengucapkan istighfar agar tetap sabar.
Hasan memang laki-laki penyayang, pengertian, dan dewasa. Sifat baiknyalah yang membuat Husna nyaman. Tetapi dibalik sikap baiknya itu juga ada banyak kekurangan Hasan. Seperti sifat penyayang misalnya, karena hatinya terlalu mudah menyayangi satu hal, membuat hatinya sulit juga melepas satu hal. Sifat pengertian nya juga ada buruknya. Karena terlalu pengertian, membuat sudut pandang nya selalu merasa benar, padahal belum tentu benar.
"Berasnya jangan beli disini, kita beli di toko beras aja sekalian tiga karung." Ucap Hasan membuat husna kembali menyimpan beras yang sudah ia ambil.
"Tiga karung?" Tanya Husna. Hasan mengangguk membuat Husna membelalakkan matanya.
"Yaallah, kebanyakan Hasan!" Protes Husna. "Satu karung aja cukup untuk tiga bulan loh."
"Cukup gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA [HmHs]
Romance"Perpisahan mengajarkanku bahwa mencintai tidak harus memiliki. Memilikimu adalah anugrah. Dan berpisah denganmu adalah awal ujian yang ternyata membawaku pada akhir yang membahagiakan." -Humairah. "Takdir cinta memang takan tertukar, meski awalnya...