Mengikhlaskan

1.7K 110 4
                                    

"cinta bukan tentang berjuang lalu saling memiliki saja. Tetapi, cinta juga tentang berjuang untuk ikhlas. Misalnya, ikhlas mengalah. Tepatnya memilih  mundur untuk kebahagiaan orang yang di cinta."

_____

"Keputusan Ira sudah bulat, Ira akan membatalkan pernikahan ini."

"Bagaimana bisa? Pernikahan kamu tinggal dua hari lagi Ira!" Bentak ayahnya tak rela.

"Tidak ayah, Ira tidak mau menikah."

"Kenapa? Karena kamu sakit?" Tanyanya dengan nada mulai lembut. "Ayah yakin, Hasan akan menerimanya, Hasan akan menerima kekurangan kamu. Hasan akan membantu kamu sembuh, kamu pasti sembuh ira. Buktinya ayah saja sembuh kan?"

Keluarga Humairah sudah tahu perihal sakitnya Humairah. Ayahnya sempat shok, karena tidak menyangka bahwa penyakitnya akan nurun pada putrinya. Sakitnya Humairah terjadi karena faktor gen.

"Nggak Ayah, Humairah tidak mau merepotkan Hasan."

"Tidak Ira, ayah yakin Hasan tidak akan merasa terepotkan. Jadi, pernikahan kamu tetap berlanjut."

Sekuat mungkin Humairah menahan isaknya. "Ayah tidak tahu, bukan hanya itu alasan Humairah membatalkan pernikahan ini, melainkan karena amanah." Ucapnya dalam hati.

"Maafkan bunda, bunda tidak tahu jika akhirnya akan seperti ini, bunda pikir fifah tidak akan melahirkan bayi perempuan, jadi bunda tidak khawatir jika kamu menikahi gadis lain."

"Tapi kenyataannya anak fifah adalah perempuan. Jadi kamu harus menempati janjimu pada almarhum istriku."

Humairah mendengarnya. Humairah mendengar semuanya. Alasan Husna memanggilnya 'penghalang'. Ternyata benar katanya, Humairah memang penghalang.

"Tapi bagaimana dengan Humairah? Tidak bunda, Hasan tidak bisa meninggalkan nya!"

"Tinggalkan aku Hasan."

Semua orang yang mendengar suara itu langsung menoleh ke ambang pintu. Disana  ada Humairah tengah berdiri dengan Azam. Pintu yang semula hanya terbuka sedikit, kini Humairah buka selebar-lebarnya. Menunjukkan dirinya yang sudah berdiri dari awal bundanya Hasan bercerita.

"Humairah.. kamu mendengar nya?"

Dengan langkah gontai, Humairah memasuki ruangan itu. Ruangan yang akan menjadi bukti dari perpisahan dirinya dengan cintanya.

"Ya.. aku mendengarnya." Kata Humairah dengan suara lembut dan senyum manisnya.

Bundanya Hasan melangkah untuk lebih dekat pada Humairah, lalu ia memeluknya dengan tangis bersalahnya. "Maafkan bunda, gara-gara bunda kamu yang jadi korbannya. Maafkan bunda, bunda sudah mengecewakanmu, maafkan bunda."

"Tidak bunda, bunda tidak salah, ini sudah takdir. Ira ikhlas ko, mungkin Hasan memang bukan jodoh Ira."

"Bunda sangat bersalah, padahal pernikahan kalian tinggal dua hari lagi. Maafkan bunda."

Humairah menghapus air mata yang membasahi pipi mantan calon mertuanya. Dengan sekuat tenaga, ia coba untuk menahan tangis, ia tidak boleh terlihat lemah.

"Nggak papa bunda. Mencintai tak harus memiliki, Ira bersyukur Hasan mencintai Ira, meskipun kami tidak bisa saling memiliki." Ucap Humairah sembari melirik Hasan yang tengah berdiri di belakang bundanya dengan mata berkaca-kaca.

TAKDIR CINTA [HmHs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang