amanah dan cinta

1.6K 105 5
                                    

Selamat membaca❣️

____________

Tak seperti hari biasanya, hari ini langit siang yang Biasanya di selimuti awan cerah dan udara panas mendadak berubah menjadi mendung dengan udara dingin.

Gemercik air mulai berjatuhan turun dari langit membasahi bumi, sesekali suara gemuruh langit terdengar, membuat siapa saja yang mendengarnya merinding ketakutan. Apalagi melihat cuaca di luar, angin kencang menerpa pohon-pohon besar di pinggir jalan mulai menggoncang seperti ingin diruntuhkan.

Duaaarrr

"Astagfirullah!" Pekik Humairah menutup kedua telinganya dengan mata terpejam dan mulut berkomat-kamit.

Allahumma la taqtulna bi ghadhobika wala tuhlikna bi a’zabika wa a’fina qobla zalika

“Ya Allah, jangan bunuh kami dengan murkaMu, dan jangan binasakan kami dengan azab-Mu, dan maafkanlah kami sebelum itu.”

"Tenanglah Ira.. kamu aman disini."

Ahh.. ya! Humairah sampai melupakan keberadaan Hasan yang tengah duduk di hadapannya. Saking takutnya.

"Suaranya serem, coba lihat itu," Humairah menunjuk ke arah luar, kebetulan kantin rumah sakit hanya tertutup tembok kaca yang melihatkan secara jelas keadaan luar. "Pohonnya kaya mau tumbang ketiup Angin." Ucap Humairah sembari bergidik ngeri membayangkan.

"Jangan di lihat ra, tidak apa-apa, kamu aman disini."

Humairah menghembuskan nafas gusar. Benar kata Hasan, ia akan aman di dalam gedung rumah sakit ini. Entahlah, selain kegelapan Humairah takut dengan hujan yang di barengi dengan angin kencang dan suara petir.

"Gimana? Sudah kamu kasihkan belum pada Husna?"

Humairah nyengir ke arahnya,"Belum san. Iraa lupa, soalnya tadi Husna cerita banyak tentang keluarganya ke iraa."

"Hmm, kebiasaan. Perempuan emang suka lupa waktu kalau udah gibah."

"Yeeee! Enak aja. Bukan gibah, tapi c.u.r.h.a.t." ucap Humairah dengan menekan kata terakhir.

Hasan hanya diam dengan ekspresi tenang dan datarnya. "Yaa.. yaa.. ya."

Duaarrr

"Aaaa..." Pekik Humairah repleks ketika melihat sekilas cahaya petir menerobos pintu kaca kantin.

"Tenang raa tenang..." Kali ini bukan Hasan yang menenangkan, melainkan Azam. Azam sama kegetnya dengan Humairah yang melihat cahaya petir itu menerobos pintu kantin, karna kebetulan Azam tengah berjalan ke arah meja Humairah yang tak jauh dari pintu kantin.

Azam mendudukan bokongnya di samping hasan. Sekarang ia bisa melihat dengan jelas wajah ketakutan Humairah. Andai kata Azam halal baginya, mungkin sudah ia peluk untuk menenangkan Humairah. Astagfirullah.

"Maaf sudah buat kalian menunggu, tadi mendadak ada pasien."

"Tidak apa-apa, kami juga baru sampai kok."

Humairah masih terdiam dengan kepala yang ia tumpu pada tangannya yang tengah melipat di atas meja.

"Kamu takut raa?" Tanya azam. Dilihat dari ekspresi Humairah, jelas sekali ia sedang ketakutan, karna suara petir di luar tidak kunjung reda. Apalagi posisi duduknya yang menghadap ke jendela, jelas sekali ia bisa melihat keadaan luar yang begitu buruk cuacanya.

"Kamu duduk disini, di sebelah Hasan. Saya duduk disitu, supaya kamu membelakangi kaca besar itu."

Azam bangkit dari duduknya, membiarkan Humairah duduk di samping Hasan yang membelakangi pintu kaca kantin. Humairah menurut, iapun segera mendudukan bokongnya di sebelah Hasan, hampir dekat, sampai ia khilaf mau memeluk lengan Hasan karna takut.

TAKDIR CINTA [HmHs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang