Takdir cinta ...
Jika memang dia bukan takdir cintaku, mengapa engkau malah mentakdirkan hatiku untuk jatuh padanya? Dan mengapa engkau menyatukan jika cintanya saja bukan untukku.
-Husna-___________
"Humairah sakit leukimia."Seperti mimpi. Hasan benar-benar tidak percaya. Bagaimana bisa? Kenapa dulu Hasan tidak mengetahuinya saat mereka masih bersama? Mengapa harus sekarang Humairah sakit? Hasan sedih, kesal, hancur. Hasan hancur karena tidak bisa menemani perjuangan Humairah di saat terpuruk seperti ini.
"Kita udah punya kehidupan masing-masing, jadi tolong jangan bersikap seperti ini. Kamu itu suami Husna sekarang, kamu harus bisa jaga perasaannya." Humairah berucap sembari menghapus air mata yang terus-menerus jatuh dari kelopak mata.
Hasan masih diam dengan wajah tidak percayanya. Setelah sekian lama tidak berjumpa, dan saat kembali di pertemukan mengapa harus dalam keadaan seperti ini? Padahal Hasan selalu berdoa untuk Humairah supaya bahagia dan sehat selalu. Tetapi kenyataannya Humairah sedang tidak baik-baik saja.
Hasan ingin sekali ada di sisinya, menemaninya, menyemangati, dan saling membagi luka bersama. Tapi Hasan tidak bisa. Keinginannya untuk bisa ada di samping Humairah tidak akan pernah terwujud.
"Humai --rah .." Humairah memegang kepalanya yang tiba-tiba sakit luar biasa. Bahkan sekarang pandangannya saja berkabur, Humairah tidak bisa melihat Hasan dengan jelas padahal ada dekat di depannya.
Satu tetes darah jatuh ke lantai. Humairah memegang hidungnya yang ternyata sudah mengeluarkan darah.
"Iraa!" Hasan langsung memegang kedua bahu Humairah yang mulai melosot ke bawah lantai.
"Raa! Buka mata kamu! Ira! Kamu dengar Hasan kan?" Hasan mengguncang tubuh Humairah yang kini tengah di pangkuannya.
Humairah mulai kesulitan bernafas, rasanya tercekik sekali. Humairah hanya dapat mendengar suara Hasan dan azam yang bergantian memanggil namanya. Sampai akhirnya Humairah tidak ingat apa-apa. Ingatan terakhirnya, Humairah melihat Hasan yang tengah terisak sembari terus memanggil namanya.
"Raa! Humairah!" Hasan menepuk-nepuk pipi Humairah, berharap matanya kembali terbuka.
"Bawa ke ruangannya sekarang!" Ucap Azam. Hasan langsung menggendong Humairah, mengikuti langkah Azam untuk menuju ruangan Humairah.
"Raa .. kamu harus sehat, kamu harus sehat." Ucap Hasan tanpa mengalihkan pandangannya pada wajah Humairah yang kini ada di dekapannya.
Setelah sampai di ruangan yang Azam tunjuk, Hasan langsung membaringkan tubuh Humairah di atas bed. Para petugas rumah sakit langsung berhamburan masuk ke dalam ruangan dan menangani Humairah.
"San, tolong tunggu di luar, kami akan menanganinya." Azam berucap sembari menarik lengan Hasan untuk keluar dari kamar rawat Humairah.
"Tolong zam, buat Humairah sadar lagi." Pinta Hasan sembari memegang kedua tangan Azam. Matanya sudah sangat merah sekarang, hasan bahkan tidak peduli dengan tatapan orang-orang padanya. Yang Hasan pikirkan sekarang hanya Humairah.
"Kamu bantu doa san, saya akan berusaha semaksimal mungkin." Ucap Azam. Azam langsung kembali masuk ke dalam ruangan, meninggalkan Hasan yang kini tengah berdiri kaku di depan pintu ruangan.
"Hasan .." Seseorang memanggil namanya dari belakang. Saat Hasan menoleh, tepat di belakangnya ada bundanya Humairah.
"Bunda .." Hasan langsung mendekatinya, lalu memeluknya. Menangis bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA [HmHs]
Romance"Perpisahan mengajarkanku bahwa mencintai tidak harus memiliki. Memilikimu adalah anugrah. Dan berpisah denganmu adalah awal ujian yang ternyata membawaku pada akhir yang membahagiakan." -Humairah. "Takdir cinta memang takan tertukar, meski awalnya...