Menjenguk

1.5K 102 2
                                    

___________________

Seorang laki-laki berperawakan tinggi  tengah sibuk berkutat dengan laptopnya, menyelesaikan pekerjaannya dan merapihkan mejanya. Memberikan sisa pekerjaannya pada sekertarisnya, lalu pergi meninggalkan kantor untuk menemui seseorang.

Bibirnya tidak berhenti tersenyum, langkahnyapun di percepat agar segera sampai di parkiran dan melajukan mobil ke tempat yang sudah ia nantikan, untuk menemui seseorang.

"Hasan!" Panggilan seseorang menghentikan tangannya yang akan memencet tombol lift, pria itu menoleh kebelakang, mencari asal suara.

"Husna? Ada apa?" Setelah panggilannya di umbris, wanita itu mendekat ke arah Hasan.

"Mau kemana?"

"Ke rumah Humairah."

"Mau jenguk?" Tanya Husna di angguki Hasan.

"Boleh ikut?" Tanya Husna ragu-ragu. Hasan memandang wajah Husna lekat, seperti menimang-nimang untuk mengajaknya.

"Boleh, yuk." Hasan memasuki lif diikuti Husna, lalu memencet tombol lima. Mereka sedang berada di lantai atas.

"Humairah terkilir kenapa san?" Tanya Husna setelah terjadi keheningan beberapa detik.

"Gara-gara ngambil mainan di rak paling atas pakai tangga."

"Ko kamu tau?"

"Aku yang nolonginnya." Ucap Hasan membuat raut wajah Husna bingung. Bukannya menjawab untuk menghilangkan kebingungan yang melanda Husna, Hasan malah melamun sembari tersenyum mengingat kejadian tiga hari yang lalu.

Setelah menemui Aisyah dan memberikan afsal, Hasan dan ibunya membawa Humairah ketukang urut yang sering di kunjungi ibunya Hasan.

"Aaaaa sakit mbok!!" Teriak Humairah saat kakinya di tarik-tarik oleh wanita paruh baya.

"Hasannn sakitt!!!" Teriaknya lagi sambil menarik-narik lengan Hasan yang tertutup baju. Hasan tertawa memandangi wajah Humairah yang kesakitan, ekspresi wajahnya sangat lucu, sampai-sampai ia tega memotretnya di situasi tidak tepat itu.

"Udah selesai ra, berhenti nangisnya, jangan cengeng." Ejek Hasan setelah pijatannya selesai.

"Kamumah ga ngerasain!" Ucap Humairah dengan bibir yang memanyun dan bergetar karna sesegukan. Lagi-lagi Hasan menertawakannya.

"Coba di pake jalan, masih sakit ga neng." Kata si mbok tukang urut, Humairah mengikuti instruksinya.

"Wahhh, mendingan mbok." Ucapnya antusias saat kakinya bisa di bawa berdiri.

"Alhamdulillah."

"Makasih mbok, maaf ya udah teriak-teriak, hehehe." Humairah cengengesan setelah menghapus sisa air mata yang ada di pipinya.

"Ngga apa-apa neng, sudah biasa mbok di teriakin gitu." Humairah hanya bisa nyengir menjawab perkataan si mbok. Setelah itu, ia pun pergi meninggalkan tempat urut.

TAKDIR CINTA [HmHs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang