Apapun yang sudah Allah takdirkan untukmu, Tetap akan menjadi milikmu. Tidak akan hilang, atau tertukar.
____________
"Kamu harus datang, San."
"Buktikan kalau kamu benar-benar sudah mengikhlaskan humairah. Buktikan dengan hadir di acara pernikahan kami."
Hasan mengacak rambutnya frustasi. Hasan bingung, haruskah ia datang ke acara pernikahan humairah hari ini? Apa tidak akan menimbulkan masalah?
Kemarin, Hasan benar-benar tidak menyangka kalau Azam ternyata ada juga di rumah humairah. Azam menyaksikan drama antara Hasan dan humairah. Bahkan Azam melihat dengan jelas bagaimana humairah menangis merengek karena takdir cinta ini.
Azam melihat semuanya. Dan Azam hanya diam. Azam hanya diam mematung menyaksikan dengan ekspresi yang tidak bisa Hasan mengerti. Wajahnya datar, namun matanya menyiratkan sebuah kekecewaan.
Mengapa cinta antara Hasan dan humairah tidak pernah mulus? Selalu saja di uji dengan orang ketiga. Dulu oleh husna, dan sekarang Azam. Inikah ujian cinta mereka? Lalu bagaimana endingnya? Endingnya ... Hasan dan humairah tetap tidak akan pernah bisa bersatu.
"Ayah ..."
Hasan menoleh ke asal suara. Putri kecilnya tengah berjalan menghampiri Hasan yang sedang duduk di atas lantai di samping ranjang. Hasnah sudah siap dengan gaun putihnya, kepalanya memakai bondu mahkota. Cantik sekali.
"Masya Allah ... Putri ayah sudah cantik ya." Hasan berucap sembari menarik Hasnah untuk duduk di pangkuannya. "Tapi kenapa pakai gaun putih? Udah kaya pengantin aja."
"Bukan pengantin ayah, tapi putri kerajaan."
Hasan terkekeh, "Iya .. kamu putri kerajaan. Putrinya ayah."
Hasnah ikut terkikik sembari memeluk Hasan erat. Sedangkan Hasan mengelus-elus kepala Hasnah. Hatinya mendadak sesak, Hasnah tidak akan pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Hasan tidak sanggup kalau harus menikah dengan wanita lain, karena sesungguhnya hatinya benar-benar sudah tertutup. Hanya ada humairah. Dan sekarang, humairah tidak akan pernah bisa menjadi miliknya.
"Ayah .. Kita mau pergi kemana? Ayah kemarin bilang kita mau pergi."
"Nanti juga kamu tahu. Ayah siap-siap dulu ya."
Hasan menggendong Hasnah, dan meletakkannya di atas ranjang. Sedangkan Hasan memilih pergi ke dekat lemari, mengambil jas hitam, lalu memakainya. Setelah itu Hasan menyisir rambutnya, dan memakai farpum.
"Selesai. Ayoo, kita pergi."
Hasnah bangkit dari duduknya, melompat-lompat kegirangan. Hasan langsung menggendongnya, mengajaknya keluar kamar untuk pergi menuju garasi rumah.
"Ayah, Hasnah mau ketemu bunda ya?" Ucap Hasnah membuat Hasan yang semula pokus pada jalanan kini beralih menatap putri kecil yang duduk di sampingnya.
Hasan tidak tahu harus menjawab apa. Sekarang Hasan menyesal karena selalu menunjukkan Poto humairah pada Hasnah, dan menyebutnya sebagai bundanya Hasnah kelak.
Sekarang Hasan harus bagaimana? Hasnah tidak bisa terus-menerus memanggil humairah bunda, karena sampai kapanpun humairah tidak akan pernah bisa menjadi bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA [HmHs]
Romance"Perpisahan mengajarkanku bahwa mencintai tidak harus memiliki. Memilikimu adalah anugrah. Dan berpisah denganmu adalah awal ujian yang ternyata membawaku pada akhir yang membahagiakan." -Humairah. "Takdir cinta memang takan tertukar, meski awalnya...