________________
Pagi cerah terganti dengan mendung. Setetes air turun dari langit mulai berjatuhan banyak dan deras, membuat orang-orang yang berada diuar ruangan mulai sibuk mencari tempat untuk berteduh.
Humairah baru saja sampai di kantor, dengan bajunya yang sedikit basah karna tidak sempat memakai payung, dan mengharuskannya berlari dari parkiran ke dalam gedung kantor.
Tangannya sibuk menepuk-nepuk roknya yang sedikit basah, sepatu yang semula menempel di kakinya pun ia buka untuk di lap menggunakan tisu. Karna itu, Humairah jadi nyeker di lorong gedung menuju ruang kerjanya.
"Iraaa!!" Teriak seseorang menghentikan langkahnya yang sedang pokus mengelap sepatu high heels nya.
Humairah menoleh ke belakang, terlihat seseorang berperawakan gagah dengan jas hitam yang melekat di badannya, memegang tas laptop di tangan kirinya, sedangkan tangan kanan terlihat ia sedang memegang kunci mobil. Wajahnya tersenyum manis pada Humairah, melihat itu, Humairah rasa hujan seketika berhenti terganti dengan senyum cerah dari wajah Hasan.
"Selamat pagi, pak Hasan." Sapa Humairah setelah Hasan memperdekat jarak di antara keduanya. Hanya berjarak sekitar tiga kotak lantai.
"Pagi juga, nona.." ucap Hasan sembari tersenyum. Matanya yang semula menatap gadis manis di depannya beralih pada sepatu yang cukup tinggi yang sedang ia pegang, lalu matanya beralih pada kaki yang tidak memakai alas apapun.
"Kenapa sepatunya? Ko nyeker?" Tanya Hasan. Mendengar pertanyaan Hasan, Humairah tersenyum kikuk sembari melanjutkan mengelap sepatunya yang sudah mulai kering.
"Tadi pas lari ga sengaja nginjek genangan air, jadilah basah." Jelas Humairah. Hasan mengangguk mengerti menjawabnya. Bibirnya tertarik untuk tersenyum sampai deretan giginya terlihat. Humairah selalu saja bersikap lucu di hadapannya, gadis itu benar-benar seperti anak kecil yang selalu membuatnya tidak bisa berhenti tersenyum.
"Ada-ada aja. Makanya, lain kali kalau jalan lihat-lihat."
"Nggak akan kelihatan sama orang yang panik, kan sibuk melindungi diri dari rintik hujan."
"Sepatunya udah kering? Atau mau ganti? Nanti Hasan pesankan sepatu baru lewat online." Kata Hasan membuat Humairah diam seketika. Hatinya mulai berdesir lagi. Lagi-lagi Hasan berhasil membuatnya baper oleh perlakuan manisnya.
"Nggak perlu san, lagian ini udah kering kok."
"Beneran? Takutnya ganyaman pakai sepatu itu."
"Beneran kok, suerrr!" Humairah menunjukan kedua jarinya yang berbentuk 'fis' dengan wajah imutnya. Membuat Hasan terkekeh karna ekspresi wajahnya.
"Yaudah gajadi beliinnya kalo gitu."
"Cieeee, peduli banget sama iraa, soswet!" Canda Humairah sembari menyenggol lengan Hasan. Bukannya marah karna perlakuan Humairah yang tidak menjaga batasan, Hasan justru malah tertawa.
"Iya Hasan peduli, masa sahabat sendiri ga di peduliin?"
"Khmm, cuma sahabat ya.., bisa lebih ngga pak?" Tanya Humairah masih dengan wajah candanya.
"Bisa kok, mau lebih gimana?"
"Simple. Cukup bapak jadiin saya ke daftar istri idaman, udah cukup kok." Setelah mengatakan itu, Humairah terbahak, diikuti dengan Hasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA [HmHs]
Romance"Perpisahan mengajarkanku bahwa mencintai tidak harus memiliki. Memilikimu adalah anugrah. Dan berpisah denganmu adalah awal ujian yang ternyata membawaku pada akhir yang membahagiakan." -Humairah. "Takdir cinta memang takan tertukar, meski awalnya...