Pertemuan terakhir

1.4K 93 13
                                    

Takdir cinta ...

Jika memang berpisah adalah jalan yang terbaik untuk kami. Maka lapangkanlah hatiku dan hatinya untuk saling mengikhlaskan satu sama lain.
-Humairah-

_________

Husna mematung di dalam dekap Hasan. Isakan yang keluar dari mulut Hasan melantun pedih menyayat hati Husna.

Seberapa besar cinta Hasan pada Humairah? sampai rela menangis tersedu-sedu seperti sekarang tanpa rasa malu sama sekali. Hasan kini tengah menjadi tontonan orang-orang yang berlalu lalang melewati ICU. Hasan seperti anak kecil yang tengah menangis di pelukan seorang ibu.

"Na ... Hasan rasanya ingin menggantikan posisi Humairah. Humairah harus sehat, harus bahagia tanpa beban seperti dulu lagi ..."

Lalu bagaimana dengan dirinya sekarang? Apa Hasan tidak peduli dengan jeritan hati Husna yang meronta ingin berteriak bahwa sekarang hatinya pun sakit. Pedih. Melebihi sakitnya Hasan.

Husna memejamkan mata, menahan agar derasnya hujan dari kelopak matanya tidak keluar. Batinnya memberontak ingin mengadu kalau Hasan tidak boleh bersikap seperti ini. Baru saja Husna mendapat bahagia karna kehamilannya, dan sekarang apa bahagianya akan hilang juga? Terganti dengan derita.

"Hasan --"

Husna melepas pelukan Hasan sedikit kasar. Cukup! Husna tidak ingin mendengar banyak ocehan Hasan yang terus mengatakan tentang Humairah. Sakit, hati Husna sakit. Apa Hasan tidak paham?

"Kamu berlebihan Hasan! Kamu itu sudah bukan siapa-siapanya Humairah!" Akhirnya sakit yang Husna pendam tidak bisa di kendalikan. Husna marah, lelah, kecewa, terus-terusan meladeni Hasan yang merengek menangisi wanita lain.

"Kamu gak mikir apa? Husna juga sakit, hati Husna sakit melihat seorang suami yang Husna cintai menangisi wanita lain. Disini yang merasa terluka bukan kamu doang, aku juga!" Husna berucap menggebu-gebu sembari terisak. Matanya merah, menyiratkan kemarahan yang selalu ia pendam.

"Kamu itu egois! Selalu memikirkan diri sendiri! Hati sendiri! Kamu selalu gak peduli sama perasaan Husna!" Husna memukul-mukul dada bidang Hasan, menyalurkan rasa kesalnya.

"Husna juga sakit ... Hati Husna sakit san ..." Kini suara Husna berubah pelan, masih dengan Isak yang keluar dari bibirnya.

Hasan menghentikan pergerakan tangan Husna yang memukul-mukul dadanya. Pandangannya menatap tajam manik mata Husna.

"Hasan memang egois, Hasan memang selalu memikirkan hati sendiri. Tolong jangan salahkan sikap Hasan yang seperti ini, karena kamupun dulu begitu egois untuk mendapatkan Hasan tanpa memikirkan hati Humairah." Ucap Hasan membuat hati Husna kembali tersayat.

"Kamu lupa Na? Kamu merebut Hasan dari Humairah. Kamu memisahkan dua insan yang saling mencintai. Kamu hanya memikirkan diri sendiri, hati sendiri, keinginan sendiri tanpa memikirkan orang lain." Ucap Hasan dengan rahang mengeras.

Sudah lama ia memendam rasa kesal ini, dan ini saatnya Hasan membuat husna sadar. Bahwa sampai kapanpun tidak akan pernah ada yang bisa mengambil alih hati Hasan dari Humairah.

"Kamu bilang Hasan gak peduli sama perasaan kamu?" Tanya Hasan tanpa ada jawaban dari Husna. "Lalu bagaimana dengan semua sikap Hasan yang mulai menerima kamu? Menyayangi kamu, memperhatikan kamu. Lalu apa arti dari semua itu? Itu yang kamu maksud dengan 'tidak peduli' nya Hasan padamu?"

TAKDIR CINTA [HmHs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang