Keraguan

1.1K 90 8
                                    

Setiap niat baik, pasti ada cobaannya.

Humairah selalu ingat itu. Setan tidak akan pernah diam saat manusia memiliki niat baik, apalagi dalam hal ibadah. Setan pasti akan menggoda dan membuat manusia lalai dan goyah. Apalagi niat baik dalam beribadah lewat sebuah pernikahan, setan pasti berlomba-lomba mencari cara untuk menggagalkan niat baik itu.

Seperti Sekarang yang tengah humairah rasakan. Lagi-lagi setan menguji hatinya. Setelah humairah bisa yakin menerima Azam, kini Allah malah mempertemukan kembali humairah dengan tambatan hati lalunya. Inikah ujian pernikahan yang sesungguhnya? Allah datangkan orang di masalalunya yang membuat humairah ragu untuk terus maju ataukah berhenti dan kembali ke masalalu?

Ternyata, hati humairah segoyah ini. Di hadapkan ujian kecilpun humairah tidak bisa. Rasanya, humairah ingin mengakhiri semua ini.

"Humairah ...." Panggilan suara lembut yang keluar dari sosok laki-laki yang kini tengah berdiri di depan humairah. Suaranya yang selalu terngiang-ngiang di telinga humairah. Setelah sekian lama tidak terdengar, kini terdengar kembali.

Hati humairah berdesir.

"Kamu sudah pulang? Kapan pulangnya? Sudah sehat?"

Humairah tersenyum samar. Sekuat mungkin humairah tahan agar matanya tidak berkaca-kaca.

Huh ... Sejak kapan humairah jadi mudah menangis begini? Humairah tidak tahu apa yang harus humairah tangisi saat ini. Menangis terharu karena bertemu dia lagi, atau menangis karena faktanya jodoh humairah Azam, dan kini Hasan sudah bahagia dengan keluarga barunya.

"Alhamdulillah ... Humairah sudah sehat, pulang baru kemarin."

Hasan tersenyum. Lalu menatap ke arah azam. "Apa kabar zam? Ikut juga kesini?"

Azam meraih tangan Hasan untuk ia jabat, "Alhamdulillah sehat, iya ikut, lagi ngurusin sesuatu."

Hasan mangut mengerti. Pandangan Hasan beralih pada humairah lagi. Wanita itu ternyata tidak ada bedanya, masih sama. Bedanya kini badan humairah kembali sedikit berisi, beda seperti saat sakit dulu.

"Ayah ... Mau eskim lagi!"

Hasan menoleh ke arah samping, anaknya tengah menarik-narik tangan Hasan merengek ingin eskrim.

"Iya, ayoo kita beli lagi."

"Yeay!" Teriak girang gadis kecil itu.

Pandangan humairah tidak lepas dari gadis itu, jadi gadis cantik itu anak dari Hasan dan Husna? Pantas saja humairah merasa tidak asing dengan wajahnya. Hidung dan matanya sangat mirip dengan Hasan.

"Ayok, ikut Nura beli eskim!"

Humairah mengerjapkan matanya saat gadis kecil itu menarik tangan humairah. Tarikannya lembut sekali, entah kenapa bulu kuduk humairahpun ikut berdiri. Ada sebuah perasaan asing di hatinya saat dekat dengan anak Hasan ini.

Humairah berjongkok, menyamakan tingginya dengan anak hasan yang bertubuh kecil.

"Jadi nama kamu Nura?" Tanya humairah sembari mengusap pipi chubbynya.

"Nura nama panggilanku, namaku hasnah. Hasnah Nurasyafa." Jawab gadis itu dengan suara sedikit cadelnya.

Humairah tersenyum. Hasan sudah bahagia, bahkan sekarang sudah ada sosok anak di antara Hasan dan Husna. Lalu untuk apa humairah pusing-pusing memikirkan hatinya yang terus saja berharap lebih? Sungguh, humairah merasa munafik. Mulut berucap sudah lupa, tetapi nyatanya hati selalu ingat.

"Bunda ...." Ucap Hasnah tiba-tiba sembari mengusap wajah humairah. Humairah hanya bisa berdiam kaku, panggilan Hasnah benar-benar membuat dunianya serasa berhenti seketika.

TAKDIR CINTA [HmHs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang