"Tidak ada yang lebih membahagiakan dari bertemunya dua orang yang berpisah."
____________
Humairah terduduk di depan meja melingkar, di hadapan dua laki-laki yang berbeda profesi. Tangannya bertumpu pada dagu, dengan wajah serius.
"Jadi, kalian saling kenal?" Tanya Humairah lagi. Setelah insiden tabrakan di lorong tadi, laki-laki berjas dokter yang ia ketahui bernama Azam itu membawa Humairah dan Hasan ke kantin untuk mengobrol.
Hasan dan Azam mengangguk. "Kami sahabat." Ucap mereka bersamaan. Membuat mereka tekekeh, tapi tidak dengan Humairah, ia masih bingung.
"Kok bisa?" Jika dilihat dari wajah keduanya, mereka sangat-sangat berbeda. Muka Azam lebih condong seperti muka-muka orang turki. Sedangkan Hasan, mukanya lebih condong ke muka-muka orang Inggris namun campur indo.
"Dulunya saya orang Indonesia, karena Abi orang Turki dan pekerjaan nya disana, jadi keluarga saya pindah ke Turki saat saya memasuki masa SMA." Jelas Azam.
"Iya Ra, kami bersahabat saat jaman SMP, kurang lebih tiga tahun. Setelah Azam pindah ke turki, kami hanya bersahabat lewat media sosial."
Humairah mengangguk-nganggukan kepalanya tanda mengerti. "Iraa pikir dokter salah orang tadi. Yaa berasa mustahil aja Hasan punya temen seganteng dokter. Ehhh," Humairah langsung menutup mulutnya setelah mengatakan itu. Karna secara tidak langsung dirinya sudah memuji dokter Azam dan meledek Hasan.
"Kamikan duga." Ucap Hasan membuat Humairah tidak paham.
"Duga?"
Hasan mengangguk. "Duo Ganteng." Setelah mengatakan itu, Hasan dan Azam terbahak bersama mengingat panggilan masa SMP-nya.
"Wlekk!" Humairah berekting seperti orang tengah muntah, "ganteng dari mananya sih? Orang yang ganteng cuma dokter Azam doang ko." Humairah langsung terbahak setelah mengucapkan itu.
"Sudah-sudah, kasihan suami kamu di bully terus karna muji saya, nanti cemburu." Kata Azam seraya merangkul bahu Hasan yang terduduk di sampingnya.
"Suami?" Kata Humairah dan Hasan bersamaan.
Azam melepas rangkulannya di pundak Hasan. "Iya. Kalian suami istrikan?" Tanyanya.
Hasan langsung terkekeh. "Emang kelihatan kaya suami istri ya?"
"Loh, memang suami istrikan?"
"Nggak zam, kita bukan suami istri. Humairah sahabat ane pas kuliah sampai sekarang." Jelas Hasan.
"Sahabat?" Tanya Azam. Hasan mengangguk. Lantas Azam tertawa setelahnya.
"Seorang Hasan punya sahabat perempuan? Hmm, sepertinya si dingin telah menghangat ya," goda Azam.
"Iya, sudah di hangatkan oleh bocah itu." Tunjuk Hasan pada Humairah yang tengah menyimak pembicaraan mereka sembari meminum es jeruknya.
"Heh! Enak aja nyebut bocah!" Humairah yang tengah menyedot sedotannya repleks berbicara setelah mendengar ucapan Hasan dengan sedotan yang masih digigit oleh giginya, membuat bicaranya berbarengan dengan percikan air yang masih menempel di sedotan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA [HmHs]
Romance"Perpisahan mengajarkanku bahwa mencintai tidak harus memiliki. Memilikimu adalah anugrah. Dan berpisah denganmu adalah awal ujian yang ternyata membawaku pada akhir yang membahagiakan." -Humairah. "Takdir cinta memang takan tertukar, meski awalnya...