Bahagiakan dirimu tanpa melihat bahagianya orang lain. Setiap orang sudah punya bahagianya masing-masing. Berhenti iri dan mulai syukuri.
-Humairah-
____________
Waktu memang cepat berlalu. Tidak bisa di putar, di ulang, atau di hentikan. Waktu akan bejalan begitu saja, mengganti siang jadi malam, hari jadi Minggu, Minggu menjadi bulan, dan bulan menjadi tahun.
Tiga tahun sudah berlalu.
Cepat bukan? Humairahpun sampai tidak menyangkanya. Tiga tahun sudah Humairah melewati hidupnya yang diterpa berbagai ujian. Air mata menjadi saksi jalan hidup lika-likunya Humairah.
Sabar.
Humairah selalu menegaskan hatinya dengan kata itu, sabar. Humairah percaya setiap kesabaran pasti akan ada balasannya. Dan itu semua sudah terbukti.
Humairah sehat, benar-benar sehat. Meski belum terjamin penyakitnya bisa saja kambuh. Tapi sejauh ini, Humairah sudah tidak pernah merasakan apapun, sakit apapun, gelaja apapun, itu artinya Humairah telah sehat. Dan Humairah bersyukur untuk itu.
Seseorang mengetuk pintu kamar Humairah. Humairah yang baru saja menyelesaikan shalat nya bangkit untuk membuka pintu.
Betapa kagetnya Humairah melihat seseorang yang tengah berdiri di ambang pintu.
"Barakallah fii umrik putri bundaa yang cantik dan Solehah," Ucap bundanya sembari membawa satu bolu berbentuk love dengan lilin angka dua puluh lima di atas bolunya.
Humairah tersenyum dengan mata berkaca-kaca. "Bundaaa," lirih Humairah.
"Kaget ya liat bunda? Sengaja bunda ke sini gak ngasih tahu, kan ngasih kejutan." Jelas bundanya. Beberapa hari yang lalu Humairah mendapat kabar kalau bundanya tidak bisa pergi lagi ke turki, katanya karena perjalanannya jauh, dan itu jelas membuat Humairah sedih. Dan ternyata semua itu hanya bohong, ternyata bundanya sedang memberi surprise.
Dari arah belakang bundanya, ada ayah, Aisyah, fahzan, dan Azam. Mereka semua sama-sama tengah tersenyum ke arah Humairah.
"Aah! Kalian tega banget subuh-subuh udah buat Ira nangis." Humairah menghapus air mata di pipinya.
Bundanya Humairah menyerahkan bolunya kepada Aisyah, setelah itu ia memeluk Humairah yang kini tengah menangis di pelukannya.
Bundanya mengelus punggung Humairah lembut, "Alhamdulillah sayang, umur kamu sudah semakin dewasa, kamu sudah melalui proses hidup dengan hebat. Bunda bangga sama kamu, jadilah Humairah yang sekarang, yang senantiasa bersyukur dan bersabar dalam keadaan apapun." Jelas bundanya.
Mendengar bundanya berucap seperti itu, membuat Humairah mengeraskan tangisnya. Apa yang bundanya katakan sangat benar, sudah banyak derita hidup yang Humairah lewati untuk sampai ke titik sekarang. Sebenarnya, Humairah tidak seperti yang bundanya ucapkan, bundanya tidak tahu saja kalau Humairah sudah sering menangis mengeluh di atas sejadahnya sendirian. Semua rasa lelah, pedih nya selalu Humairah pendam sendiri.
"Sssstt, udah jangan nangis. Ini hari bahagia kamu, kamu udah terlalu banyak menderita, sudah saatnya berbahagia." Bundanya melepas pelukan. Lalu mengelus kedua pipi Humairah yang basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA [HmHs]
Romance"Perpisahan mengajarkanku bahwa mencintai tidak harus memiliki. Memilikimu adalah anugrah. Dan berpisah denganmu adalah awal ujian yang ternyata membawaku pada akhir yang membahagiakan." -Humairah. "Takdir cinta memang takan tertukar, meski awalnya...