"Saling mencintai namun tak bisa bersatu. Terbitlah luka. Hatimu dan hatiku bersatu menjadi luka yang sama."
__________________
Hujan masih setia mengguyur bumi sampai sore. Tidak ada satupun awan cerah di langit, semuanya hitam, gelap.
Bolehkah Humairah geer pada hujan?
Humairah anggap, hujan tak kunjung reda itu karena tahu keadaan hatinya yang sedang tidak baik-baik saja. Seolah hujan ikut menemani gerimis yang melanda di hati Humairah, seolah langit menjadi cerminan hati Humairah yang sedang tidak cerah sama sekali. Semuanya menghitam.
Duaarrr
Suara petir kembali menyerang.
Apakah alam ikut marah? Apakah alam sedang berduka atas ujian yang menerpa Humairah dan Hasan? Apakah alam pun ikut tidak rela jika kedua insan yang saling mencinta itu berpisah oleh dinding sebuah amanah?
Duarrr
"Hasan.. iraa takut.." lirih Humairah. Hasan masih setia menarik tangan Humairah untuk membawanya ke suatu tempat. Hasan tidak mengubris perkataan Humairah, bahkan iapun tidak peduli bahwa Hasan tengah menyakiti pergelangan tangan Humairah karena di tarik paksa.
Sampai di sebuah lorong sepi, lorong yang cahayanya hanya remang-remang.
Hasan menghempaskan pergelangan tangan Humairah dengan lembut. Humairah menatap keadaan sekitar, tak jauh dari tempatnya berdiri dengan Hasan ada sebuah ruangan bernama 'ruang mayat'
Mengapa Hasan membawanya kesini? Ke lorong ruang mayat? Pertanyaan itu terus berputar di benak Humairah.
"Mengapa raa?" Suara Hasan tiba-tiba menyadarkan Humairah dari kebingungannya.
Hasan berdiri dengan jarak satu meter dari Humairah. Hasan menatap tajam Humairah, sangat jelas sekali di matanya melihatkan luka.
Apa Hasan terluka?
Tentu saja. Humairah yakin, hasanpun sama terlukanya dengan dirinya.
"Iraa..." Panggil Hasan lirih. Humairah masih bungkam, iapun sama menatap Hasan lekat.
"Apa kamu mencintaiku?" Tanyanya. Humairah masih terdiam, mendadak kinerja otaknya lemot. Bahkan Humairah merasa tenggorokannya tercekat susah mengeluarkan kata-kata.
"Apa kamu mencintaiku?"
Humairah masih diam.
"Kenapa diam? Apa kamu berubah pikiran sekarang?" Ucap Hasan mulai dingin.
Humairah menggeleng. Mendadak kakinya bergetar melihat wajah Hasan dengan rahang mengeras, datar dan dingin.
"Apa kamu mau menikah denganku?"
Humairah mengangguk. Tentu saja, siapa yang tidak ingin menikah dengan orang yang di cintai? Humairah sangat ingin menikah dengan Hasan. Laki-laki yang ia cintai.
Hasan maju ke arah Humairah. Menghilangkan jarak di antara mereka.
"Ha.. has-san mau apa?" Ucap Humairah terbata. Humairah memundurkan langkahnya karna Hasan terus maju ke arahnya, sampai Humairah tidak bisa mundur lagi karena badannya terbentur tembok.
Kaki Humairah bergetar. Badannya berkeringat dingin.
Ini bukan Hasan yang ia kenal. Mengapa sekarang Hasan terlihat seperti serigala yang akan melahap mangsanya? Dimana wajah teduh dan damainya?
"Jangan takut iraa, mana mungkin aku menyakitimu?" Ucap Hasan tepat di depan wajah Humairah. Bahkan Humairah bisa merasakan nafasnya yang menerpa permukaan wajah Humairah. Hasan benar-benar memperpendek jarak di antara mereka, tubuh Hasan benar-benar mengunci Humairah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA [HmHs]
Romance"Perpisahan mengajarkanku bahwa mencintai tidak harus memiliki. Memilikimu adalah anugrah. Dan berpisah denganmu adalah awal ujian yang ternyata membawaku pada akhir yang membahagiakan." -Humairah. "Takdir cinta memang takan tertukar, meski awalnya...