"Bahagia itu sederhana, cukup kamu selalu ada di saat suka maupun duka."
-H&H-
______________
Satu bulan kemudian ...."Na, tolong kamu fotokopi berkas yang mau di pakai meeting siang ya. Aku mau revisi berkas yang lain nya," Humairah langsung memberikan tumpukan berkas bermap merah pada Husna. Lalu melanjutkan aktivitas ngetiknya.
"Ira, ini tolong revisikan ya, aku mau cek berkas yang lain." Kata lia dengan memberikan satu flashdisk.
"Ini di dalamnya ada berapa berkas?"
"Ada lima ra, semuanya akan di pakai di meeting pekan depan."
"Yaudah, nanti aja ya, soalnya yang mau di pakai meeting sore ini aja belum selesai."
"Gabisa Ira, malam ini harus selesai, soalnya mau aku kasih ke pak Edi."
Humairah menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba bersikap tenang dan tidak terbawa emosi. "Tapi ini aku lagi sibuk lia, kamu ga lihat?" Katanya dengan nada serendah mungkin.
"Iya aku liat, aku juga sibuk! Kamu mau bantu apa ngga? Kalo ngga yaudah biar aku!" Kata lia dengan nada keras, lalu mengambil flashdisk yang tersimpan di atas meja.
"Maaf Lia, yaudah biar aku yang revisi." Humairah menggenggam lengan Lia saat akan pergi, lalu mengambil flashdisk yang ada di tangannya.
"Yaudah, makasih." Katanya ketus. Lia meninggalkan meja Humairah dengan wajah dingin. Lagi-lagi Humairah menarik nafas dalam dan mengusap dadanya yang terasa sesak.
"Astagfirullah, sabar Ra, namanya juga kerja, pasti capek." Humairah mengelus dadanya sembari beristighfar berkali-kali, menahan air mata yang siap keluar.
"Gak boleh cengeng pokoknya!" Katanya bermonolog sendiri. Kepala Humairah mendongak menatap atap sembari mengerjapkan matanya berkali-kali, mencoba menahan genangan air yang siap keluar dari pelupuk matanya.
Setelah merasa tenang dan bisa mengontrol diri, Humairah melanjutkan aktivitas revisinya sampai selesai.
***
Setelah melaksanakan shalat magrib di mushola kantor, Humairah melanjutkan pekerjaan revisinya di ruangannya, seorang diri.
Seharusnya, setelah meeting sore tadi selesai, Humairah pulang. Tapi, karna janjinya untuk merevisi berkas pemberian Lia, Humairah harus lembur sampai revisinya selesai, lalu menyerahkannya pada Lia.
Sepi,
Itulah yang dirasakan Humairah.
Baru saja Humairah duduk, seseorang membuka pintu ruangannya.
"Loh, mbak Ira belum pulang?" Tanya seorang OB wanita, di tangannya membawa sapu dan lap pel.
"Belum bi, bentar lagi juga pulang ko," kata Humairah masih dengan mata yang fokus pada komputer yang ada di depannya.
"Yasudah, bibi temani ya, sekalian membersihkan ruangan ini."
Humairah menoleh ke asal suara, lalu tersenyum padanya. "Semangat bibi!" Katanya dengan tangan yang mengepal memberi semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA [HmHs]
Romance"Perpisahan mengajarkanku bahwa mencintai tidak harus memiliki. Memilikimu adalah anugrah. Dan berpisah denganmu adalah awal ujian yang ternyata membawaku pada akhir yang membahagiakan." -Humairah. "Takdir cinta memang takan tertukar, meski awalnya...