Humairah sudah berkemas. Jika di hitung, ada tiga koper yang akan ia bawa ke Bali nanti. Koper berwarna pink dengan totol-totol putih milik Hasnah, koper hitam polos milik Hasan, dan koper merah maron milik humairah. Sebenarnya Hasan menyuruhnya hanya membawa satu koper saja, tetapi humairah menolak.
"Sayang kalau bawa baju dikit, aku disana mau sambil Poto endors." Begitulah alasan humairah. Humairah rela pakai bawa nama endors agar Hasan mengijinkannya membawa baju banyak. Padahal kenyataannya humairah tidak membuka endorsan, followers di ignya saja hanya beberapa ribu.
Berbeda dengan si kecil Hasnah, koper kecilnya bukan diisi banyak baju, melainkan beberapa mainan dan alat melukis. Baju-bajunya malah menampung di koper milik Hasan. Jadilah Hasan harus mengalah dengan membawa baju sedikit agar koper miliknya cukup untuk menampung baju Hasnah dan baju dirinya.
Tepat pukul satu siang pesawatnya mendarat di pulau Bali. Sebelum datang, Hasan sudah lebih dulu memesan penginapan lewat online, jadi setelah sampai tidak perlu pusing-pusing cari tempat penginapan. Hasan sendiri memilih menyewa sebuah vila kecil yang tempatnya dekat dengan pantai. Sengaja Hasan memilih memesan vila ketibang hotel.
"Kamar Hasnah di sini ya." Hasan menuntun Hasnah untuk masuk ke sebuah kamar ukuran sedang yang letaknya dekat dengan kamar utama.
"Loh, Hasnah gak bobo sama ayah bunda?"
"Nggak. Hasnah harus belajar mandiri. Oke?"
Hasnah manyun. Dengan terpaksa ia menerima perintah Hasan. Sedangkan Hasan sudah bersorak gembira di dalam hati, kali ini malamnya tidak akan pernah di ganggu Hasnah lagi, humairah tidak akan memeluk Hasnah lagi. Malam ini, dan malam hari-hari berikutnya humairah menjadi milik Hasan seutuhnya, Hasan bebas melakukan apapun pada humairah.
Puk!
"Aduh!" Ringgis Hasan. Tiba-tiba saja Hasnah memukul pipinya kencang.
"Kok mukul ayah sih?"
"Hasnah takut ayah kesambet, lagian dari tadi kenapa senyum-senyum sendiri?"
"Eh?" Hasan jadi salah tingkah. Hasnah memperhatikannya sedari tadi? Wah, bisa-bisa Hasnah mengetahui isi pikirannya saat ini.
"Mas!" Humairah berteriak dari luar kamar. Cepat-cepat Hasan meninggalkan kamar Hasnah untuk segera menghampiri humairah yang tengah berada di kamar samping.
"Apa sayang?" Hasan berdiri di ambang pintu, melihat gerak-gerik humairah yang tengah membuka koper.
"Perasaan kemarin aku bawa beberapa baju tidur panjang, kok sekarang gaada. Kemana ya?" Kata humairah masih dengan sibuk mencari baju tidurnya.
Bibir Hasan tertarik keatas, gigi putihnya terlihat. "Ketinggalan kali." Ucapnya.
"Nggak ah, aku inget masukin ke sini."
Hasan menutup bibir, dan berdehem beberapa kali agar tawanya tidak pecah. Sebenarnya ini rencana Hasan, Hasan sengaja mengeluarkan kembali baju tidur panjang milik humairah, dan akan Hasan ganti dengan baju tidur yang baru.
"Terus nanti aku tidur pake apa? Masa pake gamis." Humairah cemberut, merasa kurang beruntung di liburan kali ini.
Hasan berjalan masuk, membuka kopernya, dan mengambil sebuah baju yang masih terbungkus.
"Nih, kamu pake ini aja kalau tidur."
Humairah mengambil bungkusan dari tangan Hasan, "Ini apa? Baju tidur?" Tanyanya.
"Heum."
Humairah membuka bungkusan, lalu mengeluarkan baju yang berbahan tipis itu, di tunjukan ke arah Hasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA [HmHs]
Romance"Perpisahan mengajarkanku bahwa mencintai tidak harus memiliki. Memilikimu adalah anugrah. Dan berpisah denganmu adalah awal ujian yang ternyata membawaku pada akhir yang membahagiakan." -Humairah. "Takdir cinta memang takan tertukar, meski awalnya...