"Ketika engkau berharap hanya kepada Allah, maka engkau akan mendapati harapan itu tanpa rasa kecewa.”
_________________
Pernah bermimpi menikah dengan kekasih impian?
Ahh, tidak perlu ditanyakan. Semua orang pasti selalu bermimpi seperti itu. Bermimpi menikah dengan kekasih impian, hidup bersama dengan kebahagiaan.
Pernah mencintai seseorang?
Ahh, itupun tidak perlu di tanyakan. Cinta itu fitrah. Setiap makhluk hidup pasti merasakannya. Ketika seseorang merasa jatuh cinta, lantas yang diinginkan hatinya hanyalah seseorang yang ia cinta.
Benar begitu bukan?
Begitu pula dengan Humairah. Sejak kecil, ia selalu bermimpi tentang kehidupan dewasanya nanti. Tentang pernikahan impiannya dengan seorang pangeran berkuda putih, tentang anak-anak lucunya, dan tentang dunianya yang hanya ingin ada Humairah dan pangerannya saja.
Tetapi, itu dulu. Beda dengan sekarang. Kehidupan dewasanya jauh sekali seperti apa yang ia bayangkan saat kecil dulu. Karna pada kenyataannya, Humairah justru mencintai seorang pangeran dalam diam, pangeran tanpa berkuda putih, pangeran yang tidak mempunyai tempat untuk mereka tinggal berdua. Karna pada dasarnya, dunia ini tempatnya makhluk hidup. Jadi, bukan hanya Humairah dan pangerannya saja yang hidup.
Mencintai dalam diam, tak semudah yang di pikiran, tak seindah yang di hayalkan.
Berat.
Sebab, harus menahan semua rasa yang berkecamuk dalam hati dengan diam, tanpa bisa melakukan apapun. Karena, itulah resikonya mencintai dalam diam.
Diam-diam bahagia.
Diam-diam terluka.
Tetapi jangan pernah lupakan kisah cintanya putri manusia mulia, yakni sayyidah Fatimah Az-Zahra dengan sayyidina Ali. Kisah cinta mereka ialah mencintai dalam diam.
Ada pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah mereka. Ketika engkau berharap Hanya kepada Allah, maka engkau akan mendapati harapan itu tanpa rasa kecewa.
Benar. Berharap kepada Allah tidak mengecewakan.
Dan Humairah percaya itu.
"Katakan Ra, katakan jika kamu mencintai sahabatmu ini."
Humairah masih diam tertunduk di hadapan Hasan dengan jarak satu meter. Tangannya bergetar memegang buku diary yang telah Hasan baca. Rahasia hatinya telah terbongkar, Hasan telah mengetahuinya.
"Katakan Ra!" Tegas Hasan sekali lagi.
Buku yang Humairah pegang terlepas dari tangannya. Humairah terlalu kaget mendengar suara tegas Hasan. Hatinya sudah kalang kabut, bagaimana akhirnya nanti?
Buku diary itu terjatuh dengan posisi terbuka, melihatkan goresan tinta yang pernah Humairah goreskan pada kertas mulusnya.
Tentang cinta dalam diamnya, tentang dirinya yang ingin seperti Fatimah, Humairah ingin cinta dalam diamnya berakhir bahagia, dengan memiliki Hasan sebagai alinya.
-Muhamad hasan-
Jelas sekali goresan tinta yang berada di atas buku itu tertuju untuk Hasan.
"Humairah, katakanlah.." kini suara Hasan terdengar lirih dan dingin.
"Ya hasan! Iya!" Humairah menatap Hasan dengan tatapan tajam dan memerah. "Apa salah jika aku mencintai sahabatku sendiri? Mencintai laki-laki yang selama ini mendampingi aku, apa aku salah?" Lirih Humairah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA [HmHs]
Romance"Perpisahan mengajarkanku bahwa mencintai tidak harus memiliki. Memilikimu adalah anugrah. Dan berpisah denganmu adalah awal ujian yang ternyata membawaku pada akhir yang membahagiakan." -Humairah. "Takdir cinta memang takan tertukar, meski awalnya...