Hari lamaran

1.1K 101 4
                                    

Hidup maupun mati seseorang sudah Allah rencanakan, sudah tertulis di lauhul Mahfudz. Rejeki, jodoh, ajal, semuanya sudah tertulis jauh sebelum manusia di ciptakan. Humairah percaya, rencana Allah selalu baik, meski kadang hatinya menolak menerima saat rencana Allah ternyata jauh berbeda dengan rencananya sendiri.

Mau bagaimana lagi? Kita sebagai manusia tidak bisa menentang takdir yang telah di tetapkan Allah, kita hanya bisa menerima, dan percaya bahwa Allah lebih tahu apa yang baik dan buruk bagi hambanya.

"Bisa jadi kalian membenci sesuatu, padahal Allah jadikan banyak kebaikan kepadanya." [An-Nisa: 19]

Humairah percaya, pilihan Allah tidak akan pernah salah untuk hidupnya. Allah lebih tahu, dan Humairah percaya itu. Apalagi dalam hal jodoh, humairah percaya Allah Tidak akan pernah salah dalam memasangkan setiap hambanya.

"Sesulit itu ya pakai pashmina? Sampai ngabisin waktu lebih dari satu jam." Suara Aisyah terdengar nyaring di kamar humairah yang tengah sepi. Humairah yang semula pokus menatap wajahnya di cermin kini berbalik ke arah kakaknya.

"Udah lama Ira gak pakai pashmina, jadi ya ... Agak lupa cara pakenya."

"Alesan ... Bilang aja kalau tadi lamanya karena kebanyakan ngelamun."

Humairah Mendengus. Membalikan kembali badannya untuk menghadap cermin. Kakaknya itu paranormal kali ya? Kok bisa tahu dari tadi humairah hanya melamun, bukan sibuk memasang pashmina.

Humairah tengah meyakinkan hati. Humairah berharap hatinya bisa cepat-cepat menerima keputusan yang telah ia ambil, yaitu menerima lamaran Azam. Dan hari ini, hari resminya humairah akan di lamar oleh Azam, di depan keluarga besarnya.

Humairah yakin, inilah rencana baik yang sudah Allah tentukan. Humairah tidak bisa terus-terusan terjebak pada masalalunya, humairah harus melangkah maju, meninggalkan masalalu, dan menyambut masa baru.

"Niat baik emang suka banyak godaannya. Kakak juga dulu ngerasain kok, dan godaan paling besar sebelum menikah itu keraguan."

"Ira takut kak, hati Ira rasanya ragu terus."

Aisyah memegang kedua bahu humairah. Kini mereka saling pandang lewat cermin. "Keraguan itu pasti ada aja, dan kamu harus bisa melewatinya. Kamu harus bisa meyakinkan hati, menepis semua pikiran negatif, dan mulai berpikir positif. Inget, Allah maha tahu apa yang baik dan buruk untuk kamu, dan Allah takdirkan kamu sama Azam itu tandanya azamlah pilihan terbaik menurut Allah untuk kamu."

Mata humairah berkaca-kaca. Tetap saja, hatinya masih seringkali menolak bahwa kenyataannya jodoh humairah bukan laki-laki yang selama ini ia inginkan. Hatinya masih belum ikhlas sepenuhnya. Humairahpun tidak mengerti dengan hatinya sendiri, mengapa sulit sekali melupakan masalalu.

"Kamu pasti bisa melewati ujian ini. Sudah waktunya kamu bahagia Ra, sudah terlalu banyak air mata derita yang keluar, sekarang saatnya menyambut hari baru dengan orang baru yang insyaallah pilihan terbaik menurut Allah untuk kamu." Jelas Aisyah membuat humairah benar-benar menangis sekarang.

Sudah saatnya humairah bahagia, meninggalkan masalalu dan menyambut hari baru. Tentunya dengan orang yang baru.

"Udah ah jangan nangis, makeup nya jadi luntur tuh." Aisyah mengusap pipi humairah yang basah dengan tisu, lalu kembali mongoles sedikit makeup pada wajahnya.

Aisyah mendekatkan wajahnya ke samping wajah humairah, mereka saling pandang lewat cermin.

"Hmm ... Ternyata kamu cantik nurun dari kakak ya."

Humairah langsung melotot tidak rela, "Nggak lah, Ira cantik nurun dari bunda. Ka aisy jelek, kaya badut gendut.". Ejek humairah. Aisyah langsung menyubit kedua pipi humairah.

"Enak aja! Nanti juga kamu kalau punya anak bakal gendut kaya kakak."

"Aw! Jangan cubit dong." Humairah mengusap kedua pipinya sembari cemberut. "Sakit tahu!"

"Bodo amat." Aisyah manyun ke arah humairah. Lalu menarik tangan humairah untuk keluar dari kamar.

"Pokoknya di depan keluarga kamu gak boleh nangis, harus senyum. Paham?"

Humairah hanya mengangguk mengerti. Memangnya humairah secengeng itu ya? Lagian humairah menangis juga bukan tanpa sebab, ada sebabnya.

Di ruang tamu sudah banyak orang-orang yang duduk, termasuk keluarga Azam. Hati humairah mendadak deg-degan. Humairah menundukkan wajahnya saat memasuki ruang tamu. Humairah duduk di tengah-tengah bunda dan ayahnya. Di sebrangnya ada Azam yang duduknya juga di tengah-tengah kedua orang tuanya.

Seorang bapak-bapak yang Humairah tebak wali dari keluarga Azam mulai berbicara, menyampaikan niat baik mereka ke rumahnya untuk melamar. Setelah sedikit basa-basi dan menjelaskan sedikit tentang lamaran di Islam, bapak itupun memberikan mic-nya ke Azam.

Humairah semakin menundukkan kepalanya ketika menyadari bahwa Azam tengah berbicara sembari memandangnya.

"Bismilah," suara Azam terdengar. "Baik, seperti yang sudah di jelaskan paman saya, disini saya berniat baik untuk meminang Humairah, wanita pilihan hati yang telah saya cintai beberapa tahun belakangan ini. Dengan ijin Allah, saya ingin menyempurnakan agama saya dengan menjadikan humairah makmum dalam shalat saya, menjadikan humairah ibu dari anak-anak saya kelak." Ucap Azam membuat hati humairah berdesir seketika.

"Humairah ..." Panggil Azam lembut. Humairah yang semula menundukkan kepalanya kini mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Azam.

"Ijinkan saya menjadi imam dalam shalatmu, menjadi teman berbagi suka-dukamu, menjadi pendamping hidup sesurgamu." Azam menatap lekat manik mata humairah. "Untuk itu, maukah kamu menerima pinangan dari laki-laki bernama shidqirazam ini?"

Humairah melihat pancaran kelembutan dari mata Azam. Mata yang selama ini memandang humairah lembut, penuh sayang, dan penuh ... Cinta. Hati humairah tiba-tiba berdesir dan berdegup kencang. Kini hatinya benar-benar yakin, bahwa azamlah pilihan terbaik Allah untuknya.

Humairah tersenyum, "Humairah terima niat baik Azam." Ucap humairah penuh keyakinan.

Semua orang berucap syukur. Azam langsung mengusap wajahnya sembari berkali-kali mengucap hamdalah.

Humairah menatap setiap orang yang ada di ruangan ini, semuanya bahagia, saling rangkul sembari tersenyum. Bundanya memeluk humairah sembari terus mengucap syukur. Humairah bahagia melihat keluarganya bahagia.

"Pernikahannya akan di laksanakan kapan? Menurut saya, sebaiknya jangan menunda pernikahan. Lagi pula Azam dan humairah sudah saling kenal kan? Lebih cepat lebih baik." Ucap ayahnya Azam.

"Iya benar, bagaimana kalau bulan depan?" Ucap ayahnya humairah. Humairah langsung menatap ayahnya kaget. Bulan depan? Tidak terlalu cepatkah?

"Saya setuju." Ucap Azam.

Sudah, humairah hanya bisa pasrah menerima.

"Baik, kita langsungkan pernikahannya bulan depan. Setahu saya, tanggal yang bagus di bulan depan adalah tanggal dua."

Humairah membelalakkan matanya lagi. Tanggal dua? Itu artinya humairah akan menikah dalam waktu dua Minggu lagi? Secepat itu?

"Setuju." Semua orang bersuara. Humairah ingin menolak, tapi tidak enak.

"Semuanya, humairah punya satu permintaan."

Semua orang langsung menatap humairah. "Permintaan apa nak?" Tanya ayahnya Azam.

"Humairah ingin menikah di Indonesia. Di tempat kelahiran humairah ..." Ucap humairah ragu. Humairah rela menikah dalam waktu dua Minggu lagi, tapi tidak rela jika momen sakral nya bukan di tempat kelahirannya. Humairah punya pernikahan impian, dan humairah ingin menikah di rumahnya, dengan nuansa sederhana serba bunga.

"Azam terima permintaan humairah. Mari kita langsungkan pernikahan di Indonesia." Ucap Azam. Humairah menatap Azam dengan mata berkaca-kaca. Dalam hati humairah membatin,

"Semoga kamulah takdir cinta terakhirku."

___________

Makasih udah baca💕
Jangan lupa vote+komen+follow akunku yaa.

TAKDIR CINTA [HmHs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang