Lamaran Azam

1.2K 92 8
                                    

Takdir cinta ...

Jika memang dialah pilihan terbaik-Mu untuk hatikku, maka bukakanlah hati ini untuk dapat menerima hati dan cintanya.

-Humairah-

______________

"Ra ... Kamu mau pelukan halal saya gak?"

Humairah masih mematung di tempatnya.

Perkataan Azam benar-benar membuatnya mati kutu. Humairah tidak tahu harus bagaimana, haru menjawab apa, atau bersikap seperti apa sekarang.

Azam jadi terasa asing. Hanya karena perkataan simpelnya berhasil membuat humairah merasa canggung luar biasa.

Tidak, ini bukan humairah. Sifat humairah tidak sepeti sekarang, tidak malu-malu, tidak peduli dengan pandangan orang lain kepadanya, tidak peduli dengan perkataan orang lain kepadanya. Lalu sekarang? Mengapa hati humairah jadi menciut.

"Ah ... Dokter bisa aja deh bercandanya." Ucap humairah setelah beberapa saat terdiam. Humairah akan pura-pura bodoh saja, humairah tidak ingin pembahasan Azam memanjang.

"Ngga ra. Saya serius."

"Eh, hujannya udah berhenti nih. Yuk kita pulang lagi." Setelah berucap seperti itu, humairah berlari lebih dulu melewati gerimis yang masih membasahi bumi. Humairah tidak peduli Azam akan menganggapnya apa, yang terpenting saat ini humairah bisa menghindar dari perkataan Azam yang bisa saja menjurus ke hal yang tidak pernah humairah pikirkan.

Sungguh, humairah tidak ingin pertemanan yang sudah sangat membuat humairah nyaman ini hancur. Humairah tidak ingin lebih, cukup sebatas teman.

Bolehkan humairah seegois itu? Humairah tidak pernah menyuruh siapapun untuk jatuh cinta padanya. Mereka bebas mencintainya, hanya saja humairah tidak bisa membalasnya. Tidak untuk saat ini, dan entah sampai kapan.

"Loh, kok hujan-hujanan sih?" Bundanya humairah tengah mengepel teras yang basah, lalu melihat humairah yang tengah berlari melewati gerimis.

Humairah nyengir. "Pengen aja Bun," katanya sembari mengusap-usap pakaiannya yang sedikit basah.

"Azam mana? Bukannya tadi pergi sama dia?" Tanya bundanya sembari celingak-celinguk mencari keberadaan laki-laki itu.

"Ira tinggal. Nanti juga kesini," kata humairah. "Udah ah, Ira mau ganti baju, baayy!" Humairah langsung masuk ke dalam rumah.

Bundanya hanya menatap humairah dengan wajah herannya. Humairah ini tidak bisa di pahami sikapnya. Mudah sekali berubah-ubah.

Sesampainya di kamar, humairah langsung mengunci pintu. Lalu duduk di kursi yang tempatnya menghadap ke jendela.

Humairah mengusap wajahnya, lalu menopang dagunya dengan sebelah tangan. Pandangannya menatap ke arah luar, sedangkan pikirannya disibukkan dengan kejadian tadi.

Hatinya mulai khawatir. Humairah peka, humairah tahu kalau selama ini Azam memiliki rasa lebih padanya. Hanya saja humairah pura-pura tidak tahu, agar Azam tidak bertanya hal aneh kepadanya.

Tetapi sepertinya sebentar lagi humairah akan di hadapi dengan persoalan rumit. Yang menyangkut hidup dan hatinya.

Azam laki-laki baik, pengertian, dan penyayang. Selama humairah sakitpun Azam tidak pernah sedikitpun meninggalkan humairah. Azam selalu ada di sampingnya, membantu, menyemangati, sampai humairah bisa sehat seperti sekarang.

TAKDIR CINTA [HmHs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang