04. PENCULIKAN

8.7K 667 2
                                    


04. PENCULIKAN.
"Caraku berbeda dari yang lain, meski begitu akan ku pasti kau akan bahagia bila bersamaku."

Happy reading 💜🤗

***

Jam pulang sudah dibunyikan beberapa menit yang lalu membuat seluruh murid berhamburan keluar kelas menuju gerbang sekolah untuk pulang atau bermain-main bersama temanya dulu.

Berbeda dengan salah murid perempuan yang sedang membereskan semua buku tulisnya untuk dibawa pulang, ya Kim minji. Sebelum pulang mungkin perempuan itu akan ke loker miliknya sebentar untuk menaruh pakaiannya disana karena besok harus dipakai kembali, Minji malas harus membawa-bawanya lagi.

Yuzu yang melihat Minji menghampirinya lalu berujar. "Apa kau mau pulang bersamaku?"tawarnya pada Minji. Minji menoleh dengan menggelengkan kepalanya, menolak.

"Aku akan pulang sendiri, aku akan mencari pekerjaan paruh waktu."ujar Minji menolak tawaran pulang bersama Yuzu. Minji bangkit dengan mengendong ranselnya.

"Arrasso, kau harus berhati-hati jika ada apa-apa telepon aku. Semoga segera mendapatkan pekerjaannya, aku selalu mendoakanmu. Hwaiting."Yuzu memberi semangat dengan melambai-lambaikan tangannya pada minji lalu pergi menghilangkan dibalik pintu.

Minji juga ikut pergi untuk menuju lokernya sebentar, setelah sampai Minji menaruh dan mengunci lokernya kembali. Saat Minji berbalik sudah ada geng itu lagi yang tadi menyiram wajahnya. Siapa lagi kalau bukan geng pencari onar.

Mereka sudah berdiri dibelakang tubuh Irene dan berhadapan dengan minji dengan menampilkan wajah jijik melihat kearah Minji yang ada dihadapannya.

"Lihatlah miskin itu, dia hanya hidup sebatang karang. Kita apakah kan dia, Tanganku sudah gatal untuk memukulnya"ujar Irene pada teman-temannya dan mereka tertawa sambil menatap Minji tidak suka. Minji memilih pergi meninggalkan mereka, tanpa ingin mengubriskan perkataannya.

Baru beberapa langkah Minji merasa kedua lengannya dicengkeram kuat oleh kedua orang disamping kanan dan kiri tubuhnya. Dengan gerakan cepat mereka membalikan tubuh Minji begitu kasar, agar minji menghadap kearah ketua mereka.

Plakkk

Bunyi tamparan itu menggema keseluruhan penjuru lorong itu yang sudah sepi dari murid-murid yang kebanyakan sudah pulang. Irene menampar kuat pipi Minji dengan kasar, membuat kepala Minji menoleh ke kiri.

Minji merasakan sudut bibirnya mengeluarkan darah, tidak heran jika bibirnya berdarah mengingat tamparan Irene yang begitu kuat padanya. Minji membalikkan wajahnya dibalik helain rambut yang menutupi wajahnya, Minji tersenyum miring. Tentu mereka tidak akan tahu itu.

Minji memegang pipinya yang ditampar tadi. Minji hanya diam tidak melawan jika bukan karena mewujudkan cita-citanya, Minji sudah menghabisi mereka dalam satu pukulan. Lagi-lagi Kasta yang menjunjung tinggi mereka, jika satu pukulan melayang dari tangannya sudah dipastikan Minji akan terkena masalah dan minji tidak akan tahu nasib kehidupan kedepannya nanti akan diseperti apa. Minji lebih sayang dengan pendidikannya daripada harus melawan mereka.

"Ternyata kau begitu berani dengan kami. Aku tidak suka saat orang yang sedang aku ajak bicara malah pergi begitu saja. Apakah kau tidak takut denganku!"bentak Irene sang  ketua marah. Irene memegang dagu  Minji dengan kasar agar Minji bisa melihat wajah yang memerah karena marah padanya.

Dua temannya membuka kaleng soda lalu menyiramkan air soda itu pada wajah Minji. Irene menjambak rambut kepala Minji kuat-kuat membuat Minji mendongakkan kepala, pusing yang Minji rasakan sekarang.

SWEET ROMANCE (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang