10

9K 543 6
                                    

Terimakasih untuk kalian semua yang sangat antusias membaca cerita saya. Saya ucapankan Terimakasih banyak

Happy reading 💜🤗

***

Sepasang suami-istri itu kini duduk dimeja makan. Meja makan yang sudah terisi berbagai macam makanan yang sudah tersaji. Para pelayan membuatkan sarapan pagi untuk tuan dan nonanya. Mereka membuat makanan yang sempurna. Mereka tidak mau terkena marah kembali oleh tuan mudanya.

Minji menatap makanan didepannya lalu menatap Jimin yang duduk dikepala kursi sebagai pemilik Rumah sekaligus pemimpin keluarga.

Minji kembali menatap makanan yang begitu rapi berjejer dan penuh dari ujung Jimin duduk sampai Unjung sana. Bagi minji bisa Makanannya, makanan itu terlalu banyak. Ini berlebihan.

Minji berfikir makan hanya berdua kenapa harus sebanyak ini tapi berbeda dengan Jimin itu tidak masalah sama sekali jika nanti hidangannya tidak habis biarkan para pelayan atau bodyguardnya yang akan menghabiskan makanannya.

Dasar orang kaya tidak tahu namanya menghemat. Eh-lagipula orang kaya seperti dia mana tau berhemat.

Para pelayan mengambil makanan untuk tuan dan nonanya.

"Eh-tidak usah. Saya akan ambil sendiri."tolak Minji saat pelayan disampingnya mengambil makan untuknya.

"Ini sudah tugas saya nona, biar saya saja yang mengambilkan makanannya." pelayan mengambil makanannya. Minji menghela nafas. Pasrah. Ternyata mereka masih tetap saja sama seperti dirinya baru datang. Berbicara jika sudah tugasnya saja.

Jimin yang melihatnya hanya tersenyum membiarkan.

Sepasang suami-istri itu Makan sarapan dengan keheningan dan tenang, hanya terdengar suara detak sendok dan garpu yang bertabrakan dengan piring.

Jimin memang tidak suka jika sedang makan ada orang yang berbicara. Sedangkan Minji diam dan melahap makanannya.

Setelah selesai makan Jimin dan Minji duduk diruang tengah. Sebenarnya Jimin mengikuti minji, karena minji pergi begitu saja saat Jimin menghampirinya.

Jimin melihat minji duduk di karpet dibawah sofa diruang televisi. Heran satu kata yang menafsirkan tatapan jimin pada minji. Padahal ada sofa kenapa malah duduk dibawah.

Jimin duduk di sofa dengan minji yang dibawah. Minji tidak menatapnya Jimin sama sekali. Minji lebih menatap layar televisi yang lebar didepannya, menonton drama yang sedang ditayangkan. Jimin merasa diabaikan karena Minji lebih melihat layar televisi daripada dirinya. padahal aku jauh lebih menarik dari benda mati itu.

"Apa sebegitu menariknya sampai kau tidak mau melirik suami tampanmu ini."ujar Jimin sambil menaikan satu alisnya.

"Tentu!"ucap minji tegas. Jelas saja layar menampilkan hal menarik berbeda dengan yang disampingnya. Sudah tidak ada yang menarik menyebalkan pula. Jimin tersenyum ketika mendengar penuturan yang blak-blakan Minji padanya.

"Besok kau sekolah"ujar Jimin dan langsung membuat minji menoleh dengan cepat. Minji ingin bertanya namun Jimin terlebih dahulu menyela membuat Minji mengurukan niatnya.

"Aku ingin kau sekolah seperti gadis lainnya. Aku tahu kau merasa bosan dirumah terus bukan"jelas Jimin. Minji mengangguk mengerti. Minji hanya diam tidak mau menjawab perkataan Jimin padanya, karena menurut minji jika dirinya menjawab nanti Jimin akan semakin menyebalkan padanya.

"Kau ingat statusmu bukan lagi gadis sama seperti mereka. Kau itu sudah bersuami"ujar Jimin mengingatkan Minji dengan status barunya. Jimin hanya ingin mengatakan bahwa minji hanya miliknya. Jimin tidak tahu perasaan apa yang ada pada dirinya, cinta atau hanya ingin sekedar menjaga, namun semakin kesini rasa itu malah bertambah lebih dan semakin besar.

SWEET ROMANCE (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang