13

8K 506 4
                                    

Budayakan vote terlebih
dahulu sebelum baca.
Enjoy reading 💜

***

Sepasang suami-istri itu sekarang berada dimeja makan untuk melakukan sarapan pagi. Saat kejadian tadi malam Jimin dan Minji tidak melakukan apa-apa. Jimin dan Minji bersikap seperti biasa. Melupakan perkataan Jimin untuknya. Semalam mereka hanya makan malam lalu tidur. Jimin memang sengaja melakukan itu agar minji berfikir apa yang dirinya katakan tadi malam itu serius.

Jimin berharap apa yang dikatakannya tadi malam memberi respon baik pada Minji, ternyata harapannya bukan hanya sekedar harapan. Minji pagi ini mulai ada perubahan dibalik sikapnya yang masih tidak ingin terbuka padanya. Buktinya pagi ini saat Jimin keluar dari kamar mandi, di ranjang sudah disiapkan pakaian kantornya lengkap yang pasti bukan Jimin yang melakukannya. Apalagi pelayan tidak akan ada yang berani masuk kamarnya saat Jimin masih didalam kamarnya.

Minji dan Jimin makan dengan keheningan. Minji hanya memakan selembar roti, Jimin yang melihat hanya tersenyum.

"Minji-ah jika kau makan selembar roti seperti itu tenagamu tidak akan cukup untuk belajar nanti"ujar Jimin melihat Minji yang terus melahap rotinya. Padahal hidangan didepannya banyak namun kenapa Minji hanya memakan selembar roti, bukannya Jimin melarang Minji memakan roti tapi jika hanya selembar roti tidak akan bisa membuat perut Minji kenyang.

Jimin tidak tahu kenapa sikap dulunya hilang saat dengan Minji. Padahal Jimin sangat sulit berbicara apalagi berkata lembut dan perhatian seperti ini. Bukannya Jimin selalu berkata dingin atau acuh sepertinya benar bahwa cinta sudah merubah semua pada diri seseorang dengan cepat.

"Aku tidak lapar"jawab minji dengan melihat Jimin yang dilihat hanya tersenyum dengan wajah menahan tawa, tidak lapar tapi makan roti.

"Nanti malam aku akan mengajakmu pergi"ujar Jimin.

"Kemana?"tanya minji dengan mengangkat alisnya.

"Kemanapun yang kau inginkan"goda Jimin dengan senyum sampai menampilkan deretan gigi putihnya namun yang digoda hanya diam tidak mau menanggapinya.

Jimin terkekeh."Ada pesta dan aku ingin mengajakmu pergi. Aku tahu kau pasti sudah bosan disini bukan?"kata Jimin mengalihkan pembicaraan, percuma jika Jimin menggoda Minji akan sia-sia godaannya. Minji mengangguk mengerti. Saat selesai makan Jimin dan Minji berjalan menuju depan mansion.

"Minji aku tidak bisa berangkat bersamamu. Aku harus pergi kearah yang berbeda dengan sekolahmu. Tidak apa-apakan?"tanya Jimin memastikan. Minji mengangguk, pantas saja saat minji keluar ada dua mobil. Biasanya hanya ada satu mobil ternyata pertanyaannya sudah dijawab Jimin tanpa minji bertanya terlebih dahulu padanya. walau Jimin tidak bersama dengannya tapi tetap saja Jimin tidak akan menghilangkan bodyguardnya.

Jimin mencium bibir manis istri kecilnya, hanya ciuman singkat tanpa nafsu. Setelah itu Jimin beralih mencium kening minji lama. Setelah selesai dengan sesi mencium. Jimin memegang bahu Minji dan menyuruh Minji menghadap dengannya.

"Sekolah yang benar, jangan pernah sedikitpun mencoba kabur dariku karena aku akan menemukanmu dimana pun kau bersembunyi. Jangan berulah atau membuatku marah. Jika kau tidak mau menerima hukuman dariku. Mengerti"ujar Jimin serius. Jimin itu selalu berkata lembut namun saat berbicara serius, aura menyeramkannya lebih mengerikan.

Jimin menyuruh Minji masuk kedalam mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh kedua bodyguardnya. Mobil Minji sudah berjalan pergi dan menghilang dibalik gerbang baja yang menjulang tinggi keluar dari area mansion Park.

"Kita pergi Hyung"ujar Jimin menyuruh Jeha. Tangan kanan Jimin selama ini sekaligus supir pribadinya.

Jimin masuk lalu mobil melaju untuk menuju tempat tujuan yang akan Jimin datangi.

Jimin dan Jeha seperti seorang adik dan kakak dimana Jeha yang selalu melindungi Jimin. walau Jeha hanya sekedar tangan kanannya. Jimin juga tidak beda dengan Jeha ia juga akan membantu Jeha jika Jeha dalam masalah apapun termasuk uang.

"Sepertinya kau berubah banyak karena gadis itu"ujar jeha dengan melihat kaca diatas yang mengarah pada Jimin duduk. Jimin yang diajak bicara hanya tersenyum. Memang benar apa yang dikatakan Jeha. Jimin berubah banyak saat minji hadir di hidupnya apakah pengaruh kehadiran minji bisa sebesar ini pada dirinya.

"Dia bukan gadis tapi dia istriku Hyung. Aku juga tidak tahu kenapa Minji merubah semuanya pada diriku"jawab Jimin sambil membayangkan wajah Minji. walau Minji sangat tidak peduli namun Minji tidak pernah menolak apa yang Jimin lakukan padanya.

"Kau sepertinya mulai mencintainya Jim. Apa itu benar?"tanya jeha memastikan karena dari kata Jimin tadi menyatakan seperti itu. Jimin tidak akan mau berkata istri jika dia tidak mencintai.

"Mungkin benar. Aku merasa ingin melindungi dan melakukan tugasku sebagai seorang suami untuknya"ujar Jimin dan dianggukki Jeha mengerti. Apa yang Jimin katakan barusan, Jeha sudah merasakan itu semenjak pernikahan yang Jimin lakukan. Apalagi dirinyalah yang memantau minji selama ini. Jeha juga tahu minji itu bukan pendiam dia akan terbuka jika dia merasakan kenyamanan pada seseorang. Setelahnya tidak ada percakapan dan mobil tetap melaju menuju tempat tujuan Jimin.

***

Minji sudah sampai sekolah. Minji juga melihat kari yang duduk di bangkunya. Minji menghampiri tempat duduknya. Banyak rintangan yang harus Minji hadapi saat masuk sekolah. Semua murid perempuan berebut ingin mengajak minji pergi. Namun Minji menolak secara lembut.

Minji juga menyadari baru dua hari sekolah tapi mendadak jadi pusat perhatian. Pastinya karena apa yang Jimin berikan pada Minji. Minji hanya ingin menggunakan semua serba sederhana. Membuat Minji akan tahu siapa yang akan berteman dengannya yang tulus dan tidak. Tapi Jimin tetaplah Jimin yang tidak bisa dibantah oleh siapapun.

"Minji kau sangat cantik"kata kari dengan memandang Minji dari atas sampai bawah. Minji tidak tahu apa yang dimaksud cantik oleh kari. wajah apa yang dirinya pakai. Pertanyaan kari sama seperti murid lainnya tapi nadanya berbeda dari yang lain.

"Apa yang kau maksud cantik?"tanya Minji polos.

"Tentu wajahmu Minji lalu apa lagi. Masa tasmu atau sepatumu"canda kari dengan kekehannya. Kari menatap kebelakang dengan wajah kemenangan. Kari sedang menyindir teman-teman satu kelasnya. Minji  merasakan aura aneh dalam ruangan ini. Semua pasang mata menatap dengan tatapan mengancam kari. Saat Minji menoleh kebelakang, mereka semua cepat berbalik. Seakan mereka tidak menatap atau mendengar pembicaraan Minji dan kari.

Minji duduk tidak peduli dengan apa yang membuat dirinya merasa bingung. Guru mata pelajaran matematika datang membuat semua murid yang tadinya tenaganya full kini hilang sudah tenaganya. Tdak ada yang berbicara atau bergerak sedikitpun. Guru matematika terkenal dengan kejam kata kari mengatakan kemarin pada Minji. Murid memperhatikan setiap rumus yang ditulis dipapan tulis dan mengerjakan soal yang tidak tanggung-tanggung. Membuat otak pusing bukan kepalang, karena soal dan contoh soal itu berbeda dalam pelajaran matematika.

_____

Maaf pendekya. Nanti aku kasih panjang dipart-part selanjutnya.

Terimakasih karena masih mau membaca cerita saya.

Intinya jangan lupa vote dan komen. Biar jangan sider.
Tekan.tekan
👇👇👇

SWEET ROMANCE (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang