43

3.3K 333 87
                                    

Baca ceritanya pelan-pelan sambil dengerin mulmed yang

Happy reading 💜

"Kau salah jika menduga semuanya sudah selesai."suara dingin seseorang membuat mereka saling pandang dan akhirnya melempar tatapan pada sumber suara dan melihat siapa yang berdiri diujung sana.

***

Susana semakin mencengkram saat minji menolehkan kepalanya melihat kearah sumber suara. Kenapa laki-laki itu bisa berada disini? disampingnya dengan pakaian kantor, bukannya tadi dirinya kesini dengan aman tanpa ketahuan olehnya lalu bagaimana laki-laki itu bisa berada disini. 

Jimin merengkuh pinggang istrinya lalu berbisik. "Biar oppa yang membereskannya, oppa bisa tahu semuanya jika itu menyangkut dirimu." Wanita hamil itu menundukkan kepalanya, minji benar-benar merasa bersalah karena telah ketahuan berbohong.

"Memuakkan."ujarnya melihat hal yang memuakkan didepannya. Minji melepas rengkuhan Jimin pada pinggang lalu menjaga jarak darinya. Jimin yang melihatnya bertanya lewat tatapannya, namun minji lebih mengabaikannya.

"Apakah dia ayah dari anak didalam kandunganmu itu?"tanyanya pada minji. Minji menggelengkan kepalanya.

"Bukan."jawab minji dengan kebohongan, minji tidak mau mengakui Jimin didepan bibinya sendiri membuat Jimin yang mendengarnya terkekeh ditempatnya, ayolah Jimin masih mengingat semuanya dengan jelas mana mungkin istrinya itu berani berkata bohong saat ada dirinya disini.

"Ku kira dia adalah ayahnya. Itu sangat mustahil bukan? Bukan begitu sayang."kekehnya menatap Jimin. Membuat Jimin yang mendengarnya tersenyum miring. Jimin memilih diam dan mengikuti rencana istrinya itu yang dirinya juga tidak tahu menahu rencana apa yang sudah dirancang dalam otak istrinya itu.

"Bibi tolonglah aku kesini bukan untuk membahas hal lain. Jadi cepat beri tahu aku dan semuanya akan cepat berakhir." Minji tidak mau berbasa-basi lagi dengan adanya Jimin disini semuanya pasti akan begitu rumit dan hal itu yang membuat minji untuk ingin segera mengakhirinya.

"Kau benar-benar ingin tahu siapa orangnya?"tanyanya dengan terkekeh.

"Beri aku uang dan aku akan memberi tahumu sekarang juga."

Apa-apaan ini? wanita itu mencoba untuk memoroti uang istrinya didepan suaminya sendiri yang tidak diakuinya. Ayolah permainan yang memuakkan namun Jimin tidak mau menggagalkan rencana istrinya itu, begitu menyebalkan karena biasanya Jimin yang akan memimpin permainan dan kini dirinya harus menjadi pengikut rencana istrinya sendiri.

"Berapa nominal yang bibi inginkan?"tantang minji pada bibinya yang super materialistis itu. Orang seperti bibinya akan merasa senang saat diberikan pertanyaan seperti itu. Walau dalam hati minji merutuki perkataan bodohnya sendiri, pasti nominal yang akan diucapkan bibinya itu tidak akan sedikit. Aku akan mencoba berhutang pada Jimin tidak peduli jika hutangku pada Jimin akan semakin bertambah ujar minji dalam hati.

"19 juta won."jawabnya dengan tersenyum puas. Berbeda dengan minji yang sedikit membuka mulutnya karena terkejut mendengar nominal uangnya. 19 juta won nominal yang cukup banyak sekitar 3,5 M rupiah. Mana bisa dirinya memberikan uang itu pada bibinya, dirinya saja masih bergantung pada Jimin. Bibinya itu sudah diberi hati minta jantung.

"Hanya segitu nominal yang kau inginkan? Apakah tidak kurang?"tanya Jimin meremehkan dengan tersenyum smirk. Nominal yang disebutkan wanita itu bukanlah hal sulit untuk Jimin kabulkan. Jimin tahu wanita seperti itu tidak akan pernah cukup dengan nominal uang sebesar apapun angka nol dibelakangnya. Berbeda jika dengan istrinya yang selalu merasa sangat berlebihan jika dirinya memberikan nominal uang yang disebutkan wanita itu.

SWEET ROMANCE (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang