12

8.1K 538 2
                                    

Sebelum baca vote
Dan coment dulu 🤗💜

Happy reading 🤗💜❤️💙

***

Jimin yang masih berkutik dengan kertas-kertas dan layar monitor yang membuatnya semakin frustasi tidak tahu kenapa semua yang biasa Jimin lakukan sehari-hari. Malah membuat Jimin gila seketika, kenapa semua kertas-kertas itu setiap waktu lebih menumpuk. Padahal Jimin sudah dari pagi mengerjakan namun dokumen-dokumen itu malah makin banyak.

Suara pintu ruangan terbuka namun tidak membuat Jimin menoleh untuk melihat siapa orangnya karena Jimin masih fokus dengan pekerjaannya.  Jimin hanya ingin menyelesaikan semuanya dan cepat pulang namun  sangat sulit dilihat banyak sekali agendanya hari ini.

"Jimin bagaimana malammu?"ujar sungwon dengan wajah berbinar ingin tahu apa yang terjadi semalam dengan Jimin. Tentu saja tidak ada yang hal aneh yang dilakukan Jimin tadi malam. Jimin mengangkat wajahnya melihat wajah sungwon yang sedang menunggu jawaban dirinya. Kenapa sungwon selalu ingin tahu tentang semua yang Jimin lakukan.

"Ada urusan apa kau kesini?"tanya Jimin thothepoint. Jimin mengubah topik pembicaraan yang dibuat oleh sungwon, Jimin tidak mau menjawab pertanyaan Sungwon karena tidak ada yang harus dibahas. Wajah sungwon langsung berubah masam.

Sungwon tahu Jimin tidak akan mau urusannya diurusi oleh orang lain termasuk dirinya. Memang mereka sahabat namun bagi Jimin jika dikantor mereka harus profesional karena yang sungwon katakan barusan bukan termasuk urusan kantor jika dikantor yang harus dibicarakan hanya masalah kantor jika selebihnya itu dibicarakan nanti saja diluar kantor, jangan campurkan masalah kantor dengan masalah yang lainnya.

"Ada meeting hari ini dengan para klien dari Inggris"ujar sungwon mengganti topik pembicaraan mengikuti apa yang Jimin katakan. 

"Aku sudah menyiapkan semuanya. Lima menit lagi meeting dimulai"ujar Sungwon memberi tahu. Jimin mengangguk. Sungwon berlalu pergi.

Jimin memegang pangkal hidungnya. Memandang jarinya yang tersemat cincin putih yang selalu Jimin bawa kemanapun tidak pernah melepaskannya. Bibirnya melengkung keatas Jimin jadi teringat dengan gadisnya karena sibuk dengan pekerjaan. Minji sekarang sedang apa.

Setelah beberapa menit memandang jari manisnya. Jimin berdiri teringat ada meeting yang harus Jimin selesaikan. Jimin berjalan ingin menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat lalu bertemu dengan istri kecilnya.

***

Bel pulang telah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Semua murid berhamburan untuk pulang kerumah masing-masing.

"Minji aku pulang duluan"ujar kari pamitan terlebih dahulu.

"Hmm—hati-hati kari"ujar Minji. Kari pergi dari hadapan Minji. Minji juga ikut berdiri. Melangkahkan kakinya untuk menuju ke depan sekolah. Sebenarnya Minji ingin mencoba kabur namun saat sudah berada didepan sekolah. Minji melihat ada dua bodyguard yang menghampirinya. Pupus sudah harapannya untuk lari jauh dari Jimin.

"Nona mari ikut Kami"ujar salah satunya. Pasti Jimin yang menyuruh mereka, minji benar-benar tidak diberi cela sedikitpun untuk kabur ataupun lari dari Jimin. Minji berjalan malas dengan raut wajah putus asa yang terlihat dari wajahnya.

Sebenarnya Minji tidak ingin diperlakukan spesial seperti ini. Minji tahu kalau teman-teman yang lainnya sudah terbiasa memakai mobil mewah atau dijemput sama seperti dirinya sekarang. Percuma juga minji meminta Jimin agar tidak diperlakukan seperti ini. Jimin pasti akan berkata kau istriku jadi kau harus diperlakukan spesial. menyebalkan.

"Nona muda silakan masuk"ujar bodyguard yang sudah membukakan pintu mobil. Minji tidak mau berbasa-basi. Minji masuk kedalam jika Minji membantah merekapun akan tetap memaksa dirinya untuk masuk. Perintah Jimin tidak bisa ditawar oleh apapun.

***

Minji sedang diruang tengah sedang menonton televisi seperti biasa. Minji duduk di karpet tidak tahu kenapa Minji menyukai duduk dibawah ketimbang duduk diatas sofa. Padahal sofa empuk namun sofa itu tidak menarik bagi Minji. Sebenarnya Minji sudah bosan dilarang oleh Jimin untuk keluar. Jimin selalu berkata jika dirinya ingin keluar kau pasti ingin kabur dariku.

Minji berfikir bagaimana cara kabur dari Jimin. Semua bodyguardnya saja semakin hari semakin banyak. Padahal hanya menjaga satu orang tapi kenapa harus dijaga dengan puluhan orang.

Minji merasa ada tangan kekar melingkar diperutnya bersamaan dengan kepala yang menempel pada bahunya. Awalnya minji kanget namun melihat siapa yang melakukan, Minji lebih memilih  diam. Jimin pasti baru pulang dari kantornya terlihat jelas dari pakaian formalnya. Kenapa minji tidak pernah menolak perlakuan Jimin karena Minji ingin berterima kasih pada Jimin tidak tahu bagaimana, Jimin bagai seseorang yang telah tuhan tunjukkan untuk membantu Minji keluar dari kegelapan hidupannya.

Jimin mengangkat kepalanya tanpa melepas pelukannya."Bagaimana sekolah barumu?"tanya Jimin dan melihat Minji namun yang dilihat acuh tidak mempedulikan kehadirannya.

"Minji kenapa kau tidak mau merespon semua yang aku katakan?"lanjut Jimin dengan raut kecewa. Minji tidak mau beradu mulut dengan Jimin tentang apapun. Lagian siapa suruh menikahi minji tanpa berbicara terlebih dahulu.  Minji juga berfikir padahal Jimin itu tampan, kaya dan sempurna tapi kenapa jimin mau menikah dengan dirinya yang hanya sederhana, bahkan sangat sederhana. Diluar pasti sangat banyak wanita modis dan elegan yang setara dengan Jimin yang mau menjadi pendamping atau istrinya.

"Minji. Kita sudah menikah. Kita tidak akan seperti ini terus bukan?"tanya Jimin putus asa dengan Minji yang hanya dibalas diam setiap kali Jimin berbicara. Minji yang diajak bicara hanya melihat televisi dan menulikan pendengarannya.

Jimin mulai merasa diabaikan atau dianggap tidak ada oleh minj. Jimin mengambil remote televisi lalu mematikannya. Jimin paling tidak suka jika seseorang yang dia ajak bicara malah tidak menatap atau malah mengabaikannya dengan mengalihkan pandangannya pada sekitar. Jimin baru menemukan orang yang berani melakukan hal ini padanya. Iya istrinya yang mulai berani dengannya.

"Apa"ujar minji mulai jengah dengan ocehan Jimin. Minji tidak suka jika aktivitasnya diganggu. Minji menatap Jimin dan jiminpun menatapnya. Mereka saling adu pandang. Minji memejamkan mata saat bibirnya disapu oleh bibir tebal Jimin. Jimin melumatnya, memegang tengik Minji agar Jimin bisa memperdalam ciumannya. Beberapa menit Jimin melapaskan ciuman padasnya. Jimin merasa belum puas dan ingin lebih namun jimin urungkan karena tidak mau minji semakin menjauh darinya.

Ternyata memang benar menaklukkan hati seorang perempuan sangat sulit, tidak mudah seperti menaklukan seekor kucing. Bahkan kucing pun akan mencakar jika sudah diusik ketenangannya dan baru akan luluh jika sudah terbiasa dielus kepalanya. Minji tahu kebiasaan Jimin sekarang, jimin akan mencium dirinya sesuka yang jimin inginkan. Namun walau hanya sekedar ciuman membuat Minji seakan tidak mau menolak apa yang Jimin lakukan padanya. Mungkin  Minji sudah gila dengan apa yang Jimin lakukan padanya dan menerima setiap perlakuannya.

"Aku tidak mau kau terus seperti ini padaku. Minji setidaknya beri aku kesempatan untuk membuatmu mencintaiku. Aku tidak mau kau terus diam saat aku bicara. Setidaknya cobalah terbuka pada suamimu sendiri. Aku bukan orang lain Minji. Aku suamimu"ujar Jimin dengan raut wajah serius. Jimin memegang dagu minji agar Minji mau menatapnya. Minji merasakan seperti ada getaran pada hatinya. apa selama ini minji berlebihan memperlakukan Jimin. Minji hanya belum menerima orang lain dalam kehidupannya. Walau sekarang benar apa yang dikatakan Jimin barusan. Jimin adalah suaminya sekarang bagaimanapun Minji mengelak tapi itu memang kenyataannya.

______

Ehm—apakah Minji mulai ada getaran-getaran cinta untuk Jimin?

Terimakasih untuk kalian semua yang masih membaca cerita saya sampai part ini.

Sampai bertemu dipart selanjutnya.
Jangan lupa vote dan coment kalian.
Tekan.tekan
👇👇👇

SWEET ROMANCE (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang