Lina dan Silva berjalan melewati lapangan sekolah yang masih sepi, belum banyak siswa yang berangkat. Sejak tadi Lina selalu mengoceh sesangkan Silva hanya diam saja, entah mendengarkan atau tidak ocehan Lina.
"Sil, lo kenapa?" tanya Lina.
"Gak kenapa-napa, kok," jawab Silva.
"Lo bisa cerita sama gue."
Silva menggelengkan kepala, dia benar-benar tidak mau menceritakan apapun kepada Lina. Lina bisa memahaminya, Silva belum siap untuk menceritakannya. Saat mereka berdua hendak menaiki tangga, mereka melihat Danial dan Vano yang berdiri di anak tangga paling atas.
"Kita lewat jalan lain saja," ucap Silva langsung membalikkan badan.
Vano yang melihat Silva berbalik arah, dengan cepat menuruni anak tangga dan berdiri di hadapan Silva. "Kenapa lo balik arah?" tanya Vano.
"Minggir!"
"Gue gak mau minggir."
"Cepetan minggir! Gue mau lewat."
"Sekali gue bilang enggak yang berarti enggak."
"Lo pikir sekolah ini punya nenek moyang lo, sehingga lo bisa berbuat apa saja, gitu?"
Vano tidak menanggapi ucapan Silva, cewek itu sepertinya sedang menghindarinya. "Lo masih marah?"
"Ngapain gue marah? Bikin penyakit hati saja," jawab Silva cuek.
Vano langsung menarik tanga Silva pergi, Lina yang hendak mengejarnya, tangannya dicekal oleh Danial.
"Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya," ucap Danial.
"Lepasin tangan gue!" Danial langsung melepas cekalan tangannya.
"Lo bilang masalah? Masalah apa?" tanya Lina.
"Apa balasannya jika gue menceritakan semuanya?" tanya Danial.
"Berapa uang yang lo mau?"
"Gue gak butuh uang mu, nona."
"Terus yang lo mau apa? Jangan bertele-tele deh!"
Danial berjalan maju mendekati Lina, sedangkan Lina berjalan mundur menjauhi Danial. Tubuh Lina sudah menabrak tembok dan posisi Danial semakin dekat, cowok itu memajukan wajahnya sehingga jarak wajahnya dengan wajah Lina kurang lebih 5 cm.
"Lo mau apa?" tanya Lina gemetar ketakutan.
"Lo suka nonton drama korea gak? Biasanya kalau sudah begini mereka mau ngapain?"
"Setres lo ya?" Lina menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.
"Lo tenang saja, gue gak akan apa-apain lo sebelum lo sah jadi istri gue," bisik Danial di telinga Lina lalu pergi.
Lina menurunkan tangannya, dia menghentak hentakkan kakinya kesal. "Setres tuh anak, bisa-bisa membuat gue pindah sekolah."
Danial yang mendengar ucapan Lina langsung menghentikan langkahnya. "Lo mau pindah sekolah?" tanya Danial memicingkan matanya.
"Iya, gue bisa pindah kapan pun yang gue mau." Lina langsung pergi menuju ke kelasnya.
***
Vano membawa Silva ke kelas XI IIS 2 dan langsung mengunci pintunya dari dalam, tidak membiarkan siapapun boleh masuk. Silva tidak tahu maksud Vano membawanya ke kelasnya.
"Lo ngapain sih bawa gue kesini?" tanya Silva sengit.
"Lo marah?" tanya Vano.
"Apa urusannya buat lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Silvano [Terbit]
Teen Fiction⚠Awas dibikin gregetan dan baper sama kisah Silva dan Vano⚠ [PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT! Proses Revisi!!!] PART MASIH LENGKAP! Vano Viandra Putra, seorang ketua geng OrionAlthair yang sangat terkenal di kalangan siswa, guru, maupun masyarakat. Sika...