Kecewa

4K 279 0
                                    

Setelah beberapa hari, keadaan Vano semakin membaik. Dia sudah bisa berkumpul lagi bersama dengan teman-temannya. Bahkan dia juga bisa berkelahi dengan Nando. Seolah-olah hidupnya tidak terasa tanpa ada berkelahian.

"Bos, sudah tahu belum kalau Devan dipecat jadi ketua OSIS?" tanya Andhra.

"Sudah, Silva yang memberitahu gue," jawab Vano santai.

"Kalau penyebab dia dipecat?" tanya Rezvan.

"Gak tahu. Silva gak mau cerita, dia seperti menghindar jika gue tanya apa penyebabnya."

"Asal lo tahu, penyebab Devan dipecat ya karena Silva," kata Danial yang membuat Vano terkejut.

"Seriusan lo?! Kok bisa?"

"Devan lah yang menabrak lo dengan mobilnya, nah Silva waktu itu tahu kalau dia pelakunya karena dia sendiri punya video buktinya," jelas Kenzo.

Vano langsung bergegas pergi. Dia segera menuju ke rumah Silva. Tak butuh waktu lama, Vano tiba di rumah ceweknya. Vano melihat Silva tengah berkebun dengan kedua orang tuanya. Keluarga sederhana itu jauh terlihat bahagia dibanding dengan keluarganya.

"Assalamu'alaikum om, tante," sapa Vano.

"Wa'alaikumsalam. Eh nak Vano, ada apa?" tanya bu Kirana ramah.

"Mau main tante."

"Lo kan baru sembuh, tapi kok udah keluyuran aja," omel Silva.

"Lebih baik kamu aja nak Vano masuk ke rumah saja," saran pak Azam.

"Baik, Pa."

Silva mengajak Vano masuk ke rumah. Dia pergi mencuci tangannya terlebih dahulu setelah itu dia membuatkan minuman untuk Vano.

"Ada perlu apa datang ke sini?" tanya Silva.

"Gue perlu lo buat merawat gue," jawab Vano enteng.

"Kenapa harus gue?" tanya Silva dengan polos.

"Lo kan pacar gue--"

"Tapi kan gue bukan istri lo."

Vano menatap tepat di kedua bola mata Silva. "Kode keras nih, minta cepat-cepat dihalalin?"

Silva menjadi salting. Dia tidak berfikir seperti apa yang dipikirkan Vano.

"Bukan gitu maksud gue--"

"Kalau mau cepat dihalalin... ayo temui pak penghulu sekarang."

Silva mencubit lengan tangan Vano hingga membuat cowok itu mengaduh kesakitan. "Pernikahan itu bukan untuk main-main. Lo pikir menjalin hubungan rumah tangga itu segampang yang lo pikirkan?"

"Ya gak udah dipikirkan. Kita tinggal jalanin aja."

"Ogah," tolak Silva mentah-mentah.

"Jadi lo gak mau nikah sama gue?"

"Untuk sekarang gue belum mau nikah dengan lo atau cowok lain. Masa depan gue masih panjang dan gue gak mau dikeluarin dari sekolah gara-gara nikah sama lo."

Vano hanya tersenyum jahil. "Kalau nikah doang mah, gak bakal dikeluarin, kecuali kalau lo hamil-- anak gue, baru lo dikeluarin dari sekolah."

Silva terkejut mendengar ucapan Vano, dia memukul-mukul lengan Vano-- tidak terlalu kuat. "Vano! Otak lo mesum banget."

Vano hanya tertawa melihat ekspresi Silva. Dia menahan kedua tangan Silva yang memukul lengannya-- meskipun tidak kuat, tapi itu juga lumayan sakit. Vano menarik tangan Silva sehingga jarak mereka sangat dekat, bahkan saking dekatnya, Silva bisa merasakan hembusan napas Vano.

Silvano [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang