Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, semua pembelajaran ditutup. Para siswa keluar dari kelasnya masing-masing. Silva masih memasukkan beberapa bukunya dan sebagian dia bawa untuk diletakkan di loker.
"Sil, lo mau ke loker?" tanya Risma.
"Iya, kenapa?" jawab Silva.
"Gue mau ikut."
"Gue juga ikut," ucap Lina dan Ariena kompak.
Mereka berempat berjalan keluar kelas dan menuju ke lokernya masing-masing yang terletak bersebelahan. Setelah selesai, mereka bukannya langsung pulang tapi malah pergi ke kantin terlebih dahulu.
Saat sedang asyik menikmati makanannya masing-masing, tiba-tiba Bisma dan Danial ikut nimbrung bareng mereka. Bisma duduk di sebelah Risma sedangkan Danial duduk di sebelah Lina yang membuat cewek itu langsung berpindah di tengah-tengah antara Silva dan Ariena.
"Hahaha, kasihan tuh si Danial," ejek Rezvan dari pojok belakang kantin.
"Diam aja lo, sat!" teriak Danial.
"Omongan lo bisa dijaga gak sih?" sengak Lina.
"Kenapa? Lo gak suka?"
"Agama lo ngajarin ngomong kaya gitu? Gak, kan?"
"Udah Lin, jangan berantem mulu," Silva menengahi perdebatan Lina dengan Danial.
Vano hanya memperhatikan mereka semua dari pojok belakang kantin. Tatapannya terarah kepada seorang cewek, Silva. Entah kenapa dia sejak tadi memperhatikan cewek itu.
Tanpa sengaja kedua mata Vano dan Silva saling bertatapan, Silva langsung menurunkan pandangannya karena takut kena dosa. Dia merasa tidak nyaman saat Vano selalu menatapnya seperti itu. Vano hanya tersenyum samar melihat Silva yang langsung menjadi salting.
"Guys, gue pergi duluan," pamit Silva.
Silva berdiri dari tempat duduknya dan bergegas pergi dari kantin, pandangannya menunduk ke bawah dan jika saja dia tidak hati-hati, bisa-bisa dia menabrak tembok.
Vano juga ikut pergi dari kantin yang langsung membuat semuanya ber oh ria. Mereka tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi pada ketua mereka. Danial beralih tempat duduk di sebelah Lina.
"Ih Dani, lo itu kenapa malah pindah kesini sih? Sana pergi jauh-jauh, jangan dekat-dekat sama gue," Lina mengusir Danial terang-terangan.
"Kan gue gak mau jauh-jauh dari lo," ucap Danial santai.
"Najis mugholadoh, lo." Lina membanting sendoknya dan langsung pergi dari kantin.
"Wah Danial, lo buat Lina ngambek tuh. Padahal Lina kalau ngambek itu bisa betah banget," kata Kenzo.
"Mampus gue." Danial langsung berlari mengejar Lina.
Di sisi lain, Silva berjalan menuju halte bus. Saat lewat di gerbang, ada beberapa orang anak kelas 12 yang sukanya menggoda dan memalak adik kelas.
"Hallo adik manis, kok baru pulang sih?" goda salah satu dari mereka.
"Bukan urusan lo," ketus Silva.
"Ketus banget, abang antar pulang yuk."
"Gak usah, gue bisa pulang sendiri!"
"Wih, ditolak mentah mentah. Kalau gitu serahin duit lo dulu baru setelah itu lo bisa lewat."
"Kalian itu udah kakak kelas malah ngajarin yang gak bener, harusnya kalian itu bisa menjadi contoh buat adik kelas. Tapi kalian malah enak banget malakin duit anak orang, mau jadi preman, kalian?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Silvano [Terbit]
Teen Fiction⚠Awas dibikin gregetan dan baper sama kisah Silva dan Vano⚠ [PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT! Proses Revisi!!!] PART MASIH LENGKAP! Vano Viandra Putra, seorang ketua geng OrionAlthair yang sangat terkenal di kalangan siswa, guru, maupun masyarakat. Sika...