Ditembak

4.9K 292 0
                                    

Ariena, Risma, Lina dan Risma berjalan keluar kelas bersama-sama. Lina dan Silva memutuskan untuk menemui Devan terlebih dahulu untuk memberikan jawaban atas keputusan mereka. Ariena dan Risma memutuskan untuk menunggu mereka di parkiran.

"Silva sama Lina mana?" tanya Fadhil.

"Ke ruang OSIS mau apel sama Devan, katanya," jawab Risma.

"Seriusan lo?" tanya Danial terkejut.

"Yaelah, Risma itu kalau ngomong suka ngaco, jangan dengerin dia!" Ariena memutar kedua bola matanya malas.

Tak lama Lina datang menghampiri kedua temannya, Vano memicingkan matanya melihat Lina yang datang sendirian.

"Silva mana?" tanya Vano.

"Masih ada urusan sama Devan," jawab Lina.

"Urusan apa?" tanya Rezvan.

"Kepo banget kalian." Sindir Lina. "Oh ya, kalian pulang aja duluan, gue sama Silva masih ada urusan di sekolah sampai nanti sore."

"Gue tunggu lo sampai pulang," ucap Danial.

"Terserah lo." Lina tidak mempedulikan Danial. "Fadhil, lo ikut gue sebentar."

"Ada apa?" tanya Fadhil.

"Gue butuh sedikit bantuan, gak sedikit deng, tapi lumayan banyak."

"Gue boleh ikut bantu gak?" tanya Danial.

"Gak usah. Yang ada lo malah bikin tambah masalah."

"Biarin Danial ikut, ya? Biar gue ada temannya," pinta Fadhil.

Lina hanya mengangguk menyetujui. Danial meloncat kegirangan karena Lina mengizinkannya untuk ikut berkat permintaan Fadhil. Mereka berdua mengekor di belakang Lina menuju ke sebuah ruangan.

Vano dan yang lainnya memutuskan untuk nongkrong di warung bu Cungkring yang berada di pojok gang. Tempat itu sudah biasa dijadikan tempat kedelapan inti OrionAlthair nongkrong sepulang sekolah ataupun untuk bolos pelajaran.

Lina dan Fadhil sedang membereskan dan memilih beberapa peralatan PMR. Danial hanya berdiri melihat mereka berdua karena dia tidak harus mau melakukan apa.

"Gue harus bantu apa?" tanya Danial polos.

"Lo punya mata, kan?" Jawab Lina sengak.

"Dan, lo bawa kotak P3K ini ke ruang sebelah!" Fadhil membawa dua kotak P3K.

Danial mengambil kotak tersebut dan langsung pergi ke ruang sebelah. Dia hanya mematuhi yang diperintahkan Fadhil, tapi sebenarnya dalm hatinya merasa dongkol karena Lina malah lebih baik dan ramah kepada Fadhil. Danial sejak tadi ngomel-ngomel sendiri dan dia tidak sengaja tersandung hingga membuat kotak P3K tersebut jatuh.

Lina dan Fadhil yang mendengar suara benda jatuh, langsung berlari menuju ruang sebelah. Mereka melihat Danial sedang membereskan obat dan peralatan yang berserakan di lantai.

"Gak becus banget." Lina mengambil kotak P3K tersebut dan menatanya kembali dengan rapi.

"Kalau gak niat buat bantuin gak usah bantuin." Lina menyindir Danial.

"Siapa yang gak ikhlas? Gue ikhlas kok," ucap Danial.

"Siapa yang bilang lo gak ikhlas bantuin? Gak ada, kan?" Lina meletakkan kotak P3K tersebut dan langsung keluar.

"Sabar bro." Fadhil menepuk pundak Danial lalu mengikuti Lina.

Danial hanya mengacak-acak rambutnya. Dia tidak menyangka kalau Lina bisa sekejam itu. Dia lalu ikut bergabung dengan Lina dan Fadhil yang tengah membersihkan ruangan karena ruangan tersebut akan digunakan untuk kegiatan kemah nanti.

Silvano [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang