"Gue gak menyangka lo bisa melakukan hal itu kepada Renata," ucap Regina kagum.
Ariena, Lina, Raina, Regina, Risma dan Silva kini berkumpul bersama di sebuah tempat tongkrongan yang biasa digunakan mereka untuk berkumpul.
Silva hanya tersenyum. "Gue bisa melakukan hal yang lebih kejam daripada itu tadi."
"Gila... gue kira dulu Silva orangnya baik, tapi dia... sungguh di luar dugaan," kata Raina.
"Kalian tahu lumba-lumba, kan?"
"Ya tahulah, masa hewan yang terkenal baik itu gak tahu," jawab Ariena sewot.
"Lumba-lumba memang terkenal baik, tapi dia bisa menjadi pembunuh berdarah dingin yang sangat kejam, bahkan dia bisa membunuh siapa pun tanpa alasan dan untuk main-main saja. Gue juga seperti itu, tapi gue gak akan pernah membunuh orang."
"Jangan-jangan lo seorang psycopath, ya?" Risma menebak-nebak.
"Gak mungkin lah," bantah Lina.
Mereka berenam melanjutkan mengobrol. Silva pamit pergi ke toilet sebentar. Dia berdiri di depan cermin dan melihat lehernya yang terluka akibat Renata.
Beberapa yang lalu Silva memang diserang oleh seseorang, yang ternyata orang itu adalah Renata. Dia hampir saja membunuh dirinya karena Renata cemburu dengan kedekatan Vano dengan dirinya.
"Cewek itu memang pandai banget berakting, mungkin dia kalau jadi artis sinetron atau teater pasti akan cocok memerankan peran antagonis," omel Silva. Dia memberi salep di lukanya.
Setelah selesai mengolesi salep di lehernya, Silva lalu mencuci wajah dan tangannya. Dia melihat ada pesan dari kakaknya yang mengatakan bahwa dia akan pergi ke luar kota untuk beberapa hari karena ada urusan yang harus diselesaikan.
Silva hanya membaca pesan dari kakaknya itu dan langsung meletakkan ponselnya di tas. Setelah itu Silva kembali berkumpul dengan teman-temannya.
"Lama banget ke toiletnya," omel Risma.
"Biasalah, cewek," ucap Regina.
"Apa lo di toilet tadi nangis, ya? Makanya lama," tebak Ariena.
"Nangis? Gue nangisin apaan?" tanya Silva tidak percaya.
"Nangisin Vano," kata Raina dan Regina.
"Ngapain juga gue nangisin cowok brengsek kaya dia." Silva berkata ketus.
Silva melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan sebelah kirinya. Dia lalu berpamitan pulang terlebih dahulu karena dia harus menembak ibunya di butik.
Silva berjalan di gang yang sepi. Dia sengaja berjalan kaki supaya dia bisa merasakan indahnya perjalanan. Tiba-tiba ada yang membius Silva dari belakang sehingga dia langsung tak sadarkan diri. Orang tersebut langsung membawa Silva masuk ke mobil yang sudah disiapkan.
***
Vano mencoba menghubungi nomor Silva berkali-kali namun tidak ada satu pun yang diangkat oleh cewek itu. Hatinya sejak tadi merasakan gelisah. Dia sudah diberi amanat oleh Alvaro buat menjaga Silva dengan baik selama dia pergi beberapa hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silvano [Terbit]
Teen Fiction⚠Awas dibikin gregetan dan baper sama kisah Silva dan Vano⚠ [PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT! Proses Revisi!!!] PART MASIH LENGKAP! Vano Viandra Putra, seorang ketua geng OrionAlthair yang sangat terkenal di kalangan siswa, guru, maupun masyarakat. Sika...