Guru Bimbel

6.6K 394 7
                                    

Vano membaringkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Dia tertidur di sana, tidak peduli ibu dan pembantunya membangunkannya supaya tidur di kamarnya. Albris yang baru saja pulang dari sekolah juga ikut membaringkan tubuhnya di sofa.

"Astaga, ini anak bukannya menjemput adiknya malah enak-enakkan tidur di sini." Bu Karina berkacak pinggang melihat kedua putranya yang tertidur di sofa.

Albris dan Vano mempunyai seorang adik perempuan yang masih berusia sekitar 5 tahun. Setiap sekitar pukul tiga sore dia selalu mengikuti bimbel dan biasanya Albris atau Vano yang menjemputnya, tetapi mereka berdua malah tertidur.

"Van, kamu jemput adikmu dulu, ya?" Bu Karina membangunkan Vano.

"Biar bang Albris saja yang jemput," kata Vano dengan mata yang masih terpejam.

"Abang kamu baru pulang sekolah dan dia juga malah ikut-ikutan tidur."


Vano membuka matanya, dia langsung berdiri dan mengambil kunci motornya, saat membuka pintu, dia terkejut melihat Silva yang hampir saja mengetuk pintu. Silva juga sama terkejutnya melihat Vano berdiri di hadapannya.

"Ngapain lo di sini?" tanya Vano datar.

"Gue cuma mau mengantar Avariella pulang," jawab Silva.

Gadis kecil yang berada di samping Silva langsung berlari mendekat kepada Vano.

"Bu guru, dia adalah kakakku, kak Vano namanya," ucap Avariella.


"Jadi dia kakakmu?" tanya Silva memastikan.

"Iya, dia yang biasanya menjemput aku pulang," jawab Avariella.

"Vano, ada siapa?" tanya Bu Karina yang beru saja keluar dari dapur.

"Oranglah, Ma, masa setan sih," jawab Vano santai.

Bu Karina memperhatikan Silva dari atas kepala sampai kaki. Dia mengerutkan dahinya. "Kamu siapa?" tanya Bu Karina.

"Nama saya Silva, tante," jawab Silva sopan.

"Ma, dia guruku di bimbel," ucap Avariella.

"Jadi dia pengajarmu?" Bu Karina mangut-mangut. "Mari masuk dulu."

"Lain kali saja, tante. Niat saya kesini cuma buat mengantar Avariella pulang karena dia tak kunjung juga dijemput."

"Makasih ya, udah mengantar anak saya pulang."

"Iya, sama-sama, tante."

"Van, kamu antar dia pulang!" perintah Bu Karina.

"Gak usah, saya bisa pulang sendiri," tolak Silva secara halus.

"Percuma Ma, dia enggak akan mau," kata Vano.

"Kamu itu gimana sih, Van? Gak peka banget sih jadi cowok. Dia itu cewek kalau ada apa-apa di jalan bagaimana?" Bu Karina memarahi Vano.

"Dia sendiri yang gak mau diantar pulang," bantah Vano.

"Cepat kamu antar dia pulang!"


Vano mendengus kesal, dia lalu mengambil motornya di garasi. Silva mencium tangan Bu Karina dan berpamitan untuk pulang.

"Tante, saya pulang dulu," pamit Silva.


"Baiklah nak, hati-hati di jalan," kata Bu Karina.

"Siap tante. Oh ya, Avariella tingkatkan belajarnya! Ingat selalu perkataan kakak, bahwa nilai tidak terlalu penting tapi kejujuranlah yang lebih utama."

"Baik kak. Sampai jumpa besok."


Silva pergi dari rumah tersebut, dia naik ke motor Vano. Cowok itu menutup kaca helmnya. "Pegangan!" peringat Vano.

Silvano [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang