Silva tidak ikut teman-temannya menginap di Kopeng, karena dia tidak diijinkan oleh ayahnya dan dia juga malas menginap disana, dingin, itulah alasannya. Kali ini Silva tengah membantu ibunya menyiapkan makan malam. Silva sudah biasa membantu ibunya mulai dari menyapu, mengepel, mencuci piring, mencuci baju tapi kadang-kadang.
"Sil, gimana sekolahmu?" tanya Bu Kirana.
"Alhamdulillah, baik," jawab Silva.
"Kamu itu jangan fokus kerja mulu, tapi lebih fokus sama belajarnya saja, biar cita-cita mu tercapai," nasihat Pak Azam.
"Iya, Pa. Silva akan berusaha menggapai cita-cita ku."
"Sebenarnya apa cita-cita, Nduk?" tanya Bu Kirana.
"Waktu kecil ayah selalu bilang 'gantungkan cita-cita mu setinggi langit. Jika kamu jatuh, setidaknya kamu masih jatuh diantara awan-awan, tidak langsung terhempas jatuh ke tanah'."
Pak Azam dan Bu Kirana saling pandang, dia tahu yang dimaksudkan oleh Silva. "Kamu yakin dengan cita-cita mu?"
Silva tersenyum. "Harus yakin dong. Silva akan berusaha semaksimal mungkin dan kalian bantu Silva dengan doa."
"Doa kami selalu menyertaimu."
"Makasih pa, ma."
Mereka bertiga melanjutkan makan malam. Silva memikirkan bagaimana dia bisa menggapai cita-cita nya, dia takut jika dia tidak bisa menggapai cita-cita nya itu.
"Pa, ma, aku ke kamar dulu, ya?"
"Baiklah, selamat malam."
Silva masuk ke kamarnya dan merebahkan tubuh. Dia mengambil ponsel yang berada di nakas meja. Saat sedang asyik dengan ponselnya, dia teringat sesuatu. Silva membuka almari lalu mengambil sebuah kotak. Dia membuka kotak tersebut.
Isi kotak tersebut adalah sebuah kalung emas dan satu gelang emas dan satu gelang perak. Silva memutuskan untuk memakai gelang perak tersebut dan menyimpan kalung dan satu gelangnya.
"Silva!" teriak bu Kirana.
Silva memasukkan kembali kotak tersebut lalu keluar dari kamar dan menghampiri ibunya. "Ada apa, ma?" tanya Silva.
"Kamu pergi ke supermarket dan beli beberapa bahan masakan!"
"Baik, ma."
Silva segera pergi menuruti perintah ibunya. Dia membeli beberapa bahan makanan yang sudah di berikan oleh ibunya. Saat sedang berjalan hendak kembali ke rumah, dia tidak sengaja melihat seseorang dihajar habis-habisan oleh para preman. Silva langsung berteriak minta tolong.
"Toolongg!!!" teriak Silva.
Beberapa warga datang. "Ada apa, mbak?"
"Itu ada orang yang dipukulin sama preman."
Para warga tersebut langsung menghampiri preman-preman yang sedang memukul seseorang. Ketika melihat warga datang, mereka langsung lari tunggang langgang karena tidak mau kena amukan massa. Silva berlari ke arah korban.
"Pak, saya minta tolong bawa orang ini ke rumah saya." Para warga langsung membawa orang tersebut ke rumah Silva yang kebetulan tidak jauh dari sana.
***
Sinar sang surya pagi menghangatkan tubuh, Vano dkk baru saja bangun pagi padahal jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Mereka melihat Ariena, Lina, dan Risma baru saja selesai jogging bersama.
"Baru bangun eh sudah lihat tiga bidadari cantik," celutuk Rezvan.
"Eh jaga pandangan lo. Dosa," kata Vano.

KAMU SEDANG MEMBACA
Silvano [Terbit]
Novela Juvenil⚠Awas dibikin gregetan dan baper sama kisah Silva dan Vano⚠ [PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT! Proses Revisi!!!] PART MASIH LENGKAP! Vano Viandra Putra, seorang ketua geng OrionAlthair yang sangat terkenal di kalangan siswa, guru, maupun masyarakat. Sika...