Vano sedang bermain game bersama dengan Albris dan menghiraukan adiknya yang minta ditemani untuk belajar. Mereka berdua telah larut dalam dunia nya sendiri-sendiri. Bu Karina yang melihat tingkah kedua putranya hanya geleng-geleng kepala.
"Albris, Vano," panggil Bu karina dengan lembut.
Albris dan Vano masih tetap fokus dengan game nya. "Ada apa, ma?" tanya mereka serempak.
"Kalian bukannya ngajari adiknya belajar malah main game sendiri."
"Kan Ava sudah ada guru privat, ma."
"Ya kan gak setiap hari dia datang, Vano. Harusnya kalian sebagai kakaknya yang mengajari adiknya bukan orang lain. Avariella punya dua kakak tapi gak bisa diandalkan semua."
Albris dan Vano hanya saling pandang lalu mereka malah melanjutkan bermain game.
"Lama-lama game kalian mama jual baru tahu rasa."
"Jangan dong, ma."
"Makanya salah satu dari kalian temani Avariella belajar."
"Bang Albris aja, kan otaknya lebih encer dan dia juga lebih tua. Lebih banyak pengalaman."
"Kok gue sih?" Protes Albris.
"Albris, yang dikatakan Vano ada benarnya, kamu cepat temani adikmu belajar!" perintah Bu Karina.
Albris mau tidak mau harus menemani adiknya belajar sedangkan Vano masih sibuk melanjutkan game nya.
"Vano, kamu juga belajar!"
"Gak ada pr atau ulangan, ma."
"Masa kamu belajarnya cuma kalau ada pr dan ulangan doang. Niat sekolah gak sih, kamu?!"
Vano mendengus kesal, dia langsung pergi ke kamar dan membanting pintu kamarnya karena kesal. Tapi bukannya belajar, dia malah mengambil gitar dan memainkannya. Vano mengambil ponselnya, dia melihat foto tiga orang cowok dan satu orang cewek. Foto itu diambil saat mereka masih sekitar umur empat sampai lima tahun.
"Vano!" panggil bu Karina.
"Ada apa, ma?" tanya Vano sedikit berteriak.
"Nenek mau ngomong sama kamu."
Vano turun ke ruang keluarga. Dia mengambil telepon mamanya. "Assalamu'alaikum, nek," sapa Vano ramah.
"Wa'alikumsalam, gimana kabarmu?" Jawab nenek.
"Alhamdulillah baik. Ada apa ya, nek?"
"Besok kamu ke rumah nenek ya? Kan kamu sekolahnya libur."
"Insyaallah, nek. Udah dulu ya, nek? Vano udah ngantuk, mau tidur. Vano sayang nenek."
"Good night. Have a nice dream! Nenek juga sayang Vano."
***
Silva tengah makan malam bersama kedua orang tuanya dan Alvaro. Cowok itu masih di rumah Silva karena dia belum sepenuhnya sembuh dan dia tidak mau kena amarah dari ayahnya karena wajahnya babak belur seperti itu.
"Siapa nama mu, nak?" tanya Pak Azam.
"Alvaro Argi Agustino, paman," jawab Alvaro sopan.
Silva tersedak makanan yang dia makan saat Alvaro menyebutkan nama lengkapnya.
"Kamu kenapa to, nduk?" Bu Kirana memberikan segelas minum kepada Silva sembari menepuk-nepuk pelan punggungnya.
"Gak kenapa-napa kok, ma," ucap Silva.
"Nama gue sebagus itukah sampai-sampai membuat lo tersedak?" Ledek Alvaro.
"Gr amat lo jadi orang," sengak Silva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silvano [Terbit]
Novela Juvenil⚠Awas dibikin gregetan dan baper sama kisah Silva dan Vano⚠ [PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT! Proses Revisi!!!] PART MASIH LENGKAP! Vano Viandra Putra, seorang ketua geng OrionAlthair yang sangat terkenal di kalangan siswa, guru, maupun masyarakat. Sika...