Menjauh

4.2K 270 0
                                    

"Vano, papa minta kamu jauhi Silva!" Pak Aldo berkata tegas.

"Kenapa papa minta aku buat jauhi dia?" tanya Vano tidak terima.

"Dia itu gak pantas buat kamu!"

"Terus siapa yang pantas buat aku? Regina? Raina?!"

"Iya, benar. Kamu harus milih diantara mereka!"

"Tapi aku milih Silva daripada cewek kaya Regina dan Raina yang tidak tahu sopan santun dan hanya selalu mencari kepopuleran."

Pak Aldo langsung menampar pipi Vano dengan keras sehingga pipi Vano terasa kebas dan merah. "Kamu harus pilih Regina atau Raina!"

Pak Aldo langsung pergi dari hadapan Vano. Bu Karina langsung menghampiri Vano dan memeluknya.

"Mama dukung pilihanmu," bisik Bu Karina di telinga Vano.

***

Silva berlarian menuju gerbang sekolah. Hari ini dia hampir saja terlambat. Saat masuk ke gerbang, tepat bel masuk berbunyi. Silva berlari menuju kelasnya, saat berlari di koridor, Silva tidak sengaja bertabrakan dengan Vano.

"Lain kali hati-hati," ucap Vano tanpa ekspresi.

Silva merasa ada yang aneh dengan sikap Vano, biasanya dia tidak secuek itu padanya, tapi kenapa dia cuek seperti tadi? "Ngapain gue peduli sama dia? Lagian udah biasa kalau Vano cuek sama cewek," monolog Silva.

Silva masuk ke kelasnya, untung saja belum ada guru yang masuk. Dia duduk di bangku sebelah Lina. Cewek itu sepertinya sedang sibuk dengan laptopnya.

"Lo ngerjain apa?" tanya Silva.

"Proposal," jawab Lina.

"Ariena, waktu itu lo mau cerita apa tentang Renata?" tanya Risma.

"Hooh. Lo mau cerita apa?" Lina ikut kepo.

"Gue dengar sih dia jadi korban pelecehan seksual dan korban bullying," jawab Ariena.

"Dan katanya dia juga pernah hampir bunuh diri," lanjut Ariena.

"Ngeri banget," kata Risma.

"Terus maksud Vano buat deketin Renata dengan kita-kita apa?"

"Kata Bisma sih, supaya kita bisa bantu dia buat keluar dari masalahnya."

"Gue setuju. Korban pelecehan seksual dan korban bullying harusnya diberi semangat dan dukungan bukannya malah dihina dan diejek." Silva ikut berkomentar.

"Lo yakin mau bantuin dia?" tanya Ariena sedikit tidak percaya.

"Yakin tidak yakin harus yakin," jawab Silva.

Pak Hasyim masuk ke kelas XI MIA 1 yang seketika membuat kelas tersebut tenang seketika. Lain halnya di kelas XI IIS 2 yang sangat ramai padahal sudah ada guru yang masuk dan mengajar.

Para siswa XI IIS 2 sibuk dengan kegiatannya masing-masing, ada yang bermain ponsel, bermain pesawat-pesawatan, ada yang dengan pd-nya tidur nyenyak sampai ke alam mimpi, ada yang malah corat-coret meja dengan menggunakan tipe ex, ada yang malah makan camilan, dan masih banyak hal lainnya.

"Kalian itu bisa menghormati saya sebagai guru gak sih?!" Bu Donna sedikit emosi karena merasa tidak dihargai sama sekali. "Ini itu waktunya jam belajar bukan waktu istirahat. Jika kalian mau main atau makan, ya nanti kalau sudah waktunya istirahat. Sekarang kalian fokus ke pelajaran!"

Semua siswa lalu fokus ke bukunya masing-masing. "Kerjakan hal 150 dalam waktu 30 menit!"

"Bu, masa cuma 30 menit doang?" Protes seluruh siswa.

Silvano [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang