Sadar

4.1K 276 11
                                    

Silva masih setia menunggu Vano yang masih belum juga sadarkan diri beberapa hari ini. Dia bahkan rela tidur di sofa ruangan Vano agar dia tetap bersama Vano. Untungnya sekolah juga tidak ada kegiatan apa pun, hanya tinggal menunggu penerimaan rapor.

Lina dan Ariena datang membesuk Vano. Meskipun mereka tidak terlalu dekat dengan Vano, bagaimanapun juga mereka teman satu sekolahan dan satu angkatan, cuma beda kelas dan jurusan saja.

"Kira-kira, Vano lagi apa, ya?" Pertanyaan bodoh itu keluar begitu saja dari mulut Ariena.

Lina hanya menepuk jidatnya-- tidak menyangka mempunyai teman sebodoh itu. "Dia sedang koma, Rin. Otak lo taruh mana sih? Anak MIA 1 tapi kok kaya gitu."

"Yang gue maksud itu seperti di film Asal kau bahagia itu loh. Meskipun koma, tapi jiwanya sedang berkelana di suatu tempat."

Silva hanya geleng-geleng kepala mendengar penjelasan Ariena. "Rin, sepertinya lo jadi korban film deh."

"Tau nih anak. Kebanyakan nonton sinetron mulu." Lina berkata kesal.

"Serba salah."

Silva hanya diam saja. Dia tidak terlalu bersemangat mengobrol. Lina dan Ariena yang paham dengan keadaan Silva—mereka berpamitan pulang karena tidak mau mengganggu Vano.

"Kita pamit pulang dulu. Jangan lupa makan." Lina berpamitan.

"Jaga diri lo baik-baik." Ariena memberikan saran.

"Makasih, ya? Kalian sahabat terbaik gue."

Ariena dan Lina lalu keluar dari ruang rawat Vano dan hanya menyisakan Vano dengan Silva. Vano masih belum juga membuka matanya, hal itu membuat Silva sangat khawatir dan merasa bersalah kepada Vano.

Bahkan selama beberapa hari ini, Silva jarang makan alias tidak nafsu makan sama sekali. Dia tidak peduli dengan keadaannya sendiri, dia hanya ingin Vano bisa sembuh seperti semula-- menghabiskan waktu bersama.

"Van, sampai kapan lo mau terus-terusan kayak gini?" Silva berbicara sendiri.

"Lo gak kasihan apa sama gue?"

"Please, buka mata lo! Gue kangen sama lo."

Bu Karina datang untuk melihat keadaan putranya. Dia sangat kasihan melihat Silva yang sepertinya merasa sangat sedih.

"Lebih baik kamu istirahat saja, nak." Bu Karina memberikan saran.

"Gak, tante. Silva gak capek kok," tolak Silva.

"Kamu gak pergi ke sekolah?"

"Di sekolah mau ngapain, tante? Gak ada kegiatan selain classmate."

"Lebih baik kamu pergi ke sekolah, biar tante yang menunggu Vano."

"Baiklah, tante. Silva pamit ke sekolah dulu. Kalau ada apa-apa, tolong hubungi aku, ya?"

"Iya, nanti bakal tante kabari."

Silva mencium tangan Bu Karina. Dia mau pergi berangkat ke sekolah. Meskipun sudah jam delapan pagi, gerbang SMA Andromeda belum tutup karena kegiatan sekolah adalah bebas. Jadi Silva tenang berangkat siang.

Silvano [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang