Salah Paham

4K 260 0
                                    

"Vano!! Ayo, Van! Habisi dia!" Suara teriakan pendukung Vano menggelegar di kelas XI MIA 3.

Perkelahian terjadi antara Vano dengan Devan. Entah apa penyebabnya mereka berdua bertengkar. Semua siswa laki-laki sebagian besar mendukung Vano, tapi para anggota pengurus OSIS mendukung Devan. Perkelahian antara Vano dengan Devan selalu saja menarik untuk ditonton.

Silva yang mendapat kabar bahwa terjadi perkelahian antara Vano dengan Devan, dia langsung berlari menaiki tangga menuju kelas XI MIA 3. Dari sudut lorong, dia melihat keramaian dari luar kelas. Silva mencoba menerobos masuk ke dalam kerumunan.

Wajah Devan dan Vano sama-sama babak belur, tapi diantara mereka tidak ada yang mau mengalah. Bahkan Danial saja tidak berani melerai perkelahian tersebut. Pada saat perkelahian itu terjadi, para guru sedang rapat di gedung sekolah yang satunya yang khusus untuk dijadikan tempat rapat guru.

"Devan! Vano! HENTIKAN!" teriak Silva.

Vano menghentikan tangannya yang hampir saja mendarat mulus di wajah Devan. Dia melihat ke arah samping-- tempat Silva berada. Silva masih terpaku di tempatnya, dia menatap Vano dengan penuh kebencian.

"Devan! Lo itu ketua OSIS tapi kelakuan lo kayak gitu? Cihh... menjijikkan!" Silva berkata dengan oktaf sedikit naik. "Lo juga, Van." Silva menatap tajam ke arah Vano. "Bisa gak sih, lo gak buat keributan sehari saja? Bisanya cuma berantem mulu kalau gak berantem ya pasti bolos."

Vano mendekat kepada Silva dengan tatapan tidak suka. "Pangkat lo apa, heh?!" bentak Vano.

Silva diam mendengar bentakan dari Vano.

"Gak usah sok jadi pahlawan deh!"

"Siapa juga yang jadi sok pahlawan?!" Silva menaikkan oktaf bicaranya.

"Lo gak usah ngurusin hidup gue! Mau gue berantem atau bolos itu urusan gue, bukan urusan lo!"

Silva hanya menghela napasnya kasar. Dia menghampiri Devan dan memapahnya menuju ke UKS. Semua orang berteriak kecewa karena Silva menghentikan perkelahian antara Vano dengan Devan yang sangat seru bagaikan pertunjukkan tinju profesional di tv.

Vano hanya menatap kepergian Silva, dia langsung pergi dari tempat tersebut. Danial mengikuti Vano di belakangnya, dia tidak berani bertanya apa pun dengannya. Sesampai di kelas, Vano langsung mengambil tasnya.

"Lo mau kemana, Van?" tanya Danial.

"Bolos," jawab Vano singkat, padat, dan jelas.

"Bolos kemana?" tanya Rezvan.

"Ke warung bu Cungkring."

"Gue ikut," kata Arifin.

"Yang mau ikut ya silahkan, kalau gak mau ikut juga gak masalah."

Vano pergi diikuti Arifin dan Andhra saja. Danial dan yang lainnya tidak ikut karena mereka takut kena skors lagi dan orang tua mereka dipanggil, seperti beberapa hari yang lalu.

Disisi lain, Silva ditemani Lina sedang mengobati luka Devan. Lina yang memang ketua PMR lebih tahu tentang obat-obatan daripada Silva.

"Kenapa lo berantem sama Vano?" tanya Lina asal ceplos.

"Sil...." kata Devan.

"Apa?" Ketus Silva.

"Gue mau ngomong sama lo."

"Gue udah selesai ngobatin luka lo, jadi gue bakal keluar."

Lina sadar diri, dia tahu pasti Devan mau membicarakan hal privasi kepada Silva, makanya dia memutuskan untuk pergi keluar, lagian tugasnya juga sudah selesai.

Silvano [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang