Curhat

4.5K 291 1
                                    

Silva berjalan menuju rumahnya, setelah pulang kerja dia tidak langsung pulang melainkan pergi ke panti asuhan terlebih dahulu. Setiap pulang kerja, Silva selalu menyempatkan waktu untuk ke panti asuhan. Dia mengajarkan anak-anak panti berbagai pelajaran sekolah.

Saat sedang asyik berjalan sambil mendengarkan lagu dari headset terpasang di kedua telinganya, dia tidak sengaja melihat dompet berwarna hitam. Silva langsung mengambil dompet tersebut.

"Dompet siapa ini?" Monolog Silva.

Silva membuka dompet tersebut dan mengambil kartu nama yang ada di dalamnya. "Rumah pemilik dompet ini lumayan jauh, tapi gue harus cepat-cepat balikin dompetnya."

Silva menyetop ojek yang sudah menjadi langganannya yang kebetulan lewat disana. "Bang, antarin ke tempat ini." Silva menunjuk alamat yang tertera di kartu nama tersebut.

"Ok siap." Tukang ojek tersebut memberikan helm kepada Silva lalu pergi ke tempat tujuan.

Disisi lain, Danial sedang kumpul bersama dengan Vano dan Rezvan. Vano dan Rezvan kebanyakan mendengar curhatan Danial tentang Lina. Dia tidak tahu harus melakukan apalagi supaya dapat menaklukan hati Lina.

"Rez, lo kan playboy, jadi bantuin gue dong," pinta Danial.

"Perjuangan lo patut diacungi jempol," ucap Rezvan.

"Pasti lah, gak kaya lo yang suka mainin hati cewek," sindir Vano.

"Waktu itu lo pernah ngasih saran buat ganti style rambut gue, gue udah lakuin saran lo sampai ganti style rambut hampir sepuluh kali. Tapi hasilnya apa? Nihil."

"Rez, lo kan pintar kalau masalah cewek."

"Van, masalahnya gini, Lina itu cewek yang susah banget ditaklukin hatinya."

"Bener banget tuh. Si Rezvan sudah ngasih saran supaya gak gengsi diajak selfie, tapi boro-boro diajak selfie, gue mau foto sama dia aja dia langsung nolak."

Mereka bertiga diam sebentar. Pikiran Rezvan sedang berpikir memikirkan cara buat Danial bisa naklukin Lina.

"Hati lo pernah panas gak saat Lina banggain aktor idolanya?" tanya Rezvan.

"Panas sih panas, sampai gue marah nya kebablasan," jawab Danial.

"Nah salah lo disitu, harusnya lo jangan panas hati kalau dia lebih memuji aktor idolanya ketimbang lo."

"Cewek jaman sekarang kan lagi pada demen sama K-Pop," kata Vano.

Danial mengangguk. Dia paham kenapa Lina tidak suka jika dia menjelek-jelekkan aktor idolanya. Rezvan dan Vano memilih untuk bermain ponsel daripada melihat wajah Danial yang cemberut gara-gara patah hati.

Disisi lain, Silva tiba di tempat yang ada di kartu nama tadi. Dia melihat rumahnya sangat besar bak istana dan sangat megah. Silva menekan tombol bel yang tersedia. Tak berapa lama, seseorang pembantu datang membukakan pintu.

"Maff, mencari siapa?" tanya pembantu tersebut.

"Saya mencari pak Agus, ada?" Jawab Silva.

"Tuan ada. Silahkan masuk."

Silva masuk di dalam dan duduk di sofa ruang tamu, sedangkan pembantu tersebut memanggilkan majikannya. Silva melihat-lihat sekeliling. Ada foto keluarga yang berada di sebuah meja, tapi foto tersebut diambil ketika kedua anak pak Agus masih kecil.

"Anda siapa?" tanya Pak Agus yang baru saja mendaratkan bokong nya di sofa.

"Nama saya Silva, om," jawab Silva sopan.

"Ada perlu apa mencari saya?"

"Saya ingin mengembalikan dompet om yang saya temukan di jalan." Silva menyerahkan dompet tersebut.

Silvano [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang