Renata duduk melamun di dekat jendela kamarnya. Dia memikirkan peristiwa yang telah membuat hidupnya berubah total dan diambang kehancuran. Sebuah kejadian yang paling ditakuti oleh semua orang. Pelecehan seksual, dia mengalami kejadian itu saat kelas sepuluh.
Kejadian itu bermula saat dia pergi ke rumah pacarnya. Dia tidak mengetahui bahwa pacarnya seorang yang mesum sehingga dia menjadi korban pelecehan seksual. Sejak saat itu dia dijauhi oleh semua orang termasuk orang tua kandungnya.
Sampai sekarang pun, Renata masih dijauhi oleh semua orang. Sampai Vano datang memberikan uluran tangan, membantunya keluar dari jurang kehancuran. Cowok itu selalu ada saat dia membutuhkannya, dia bisa menjadi teman yang baik dan pengertian. Bahkan Vano rela datang ke rumahnya tengah malam demi Renata bisa tenang.
Kejadian masa lalu itu membuat Renata trauma berat. Dia bahkan pernah melakukan percobaan bunuh diri lebih dari tiga puluh kali, tapi usahanya sia-sia belaka. Dia juga mengonsumsi obat anti depresan yang berlebihan. Tapi Vano membantunya untuk mengurangi mengonsumsi obat tersebut. Meskipun awalnya sulit, tapi dia harus bisa melakukannya.
"Kenapa lo mau bantuin gue, Van?" tanya Vano.
"Karena lo butuh orang yang mendukung lo buat keluar dari masalah ini," jawab Vano datar.
"Lucu, ya? Orang kandung gue aja gak peduli dengan keadaan gue, tapi lo yang bukan siapa-siapa gue, mau membantu gue buat keluar dari masalah ini."
"Itulah hidup. Terkadang hidup tidak berjalan sesuai dengan keinginan. Begitulah kenyataan hidup, suka duka datang silih berganti. Pahit manis pasti akan dirasakan. Hidup tak hanya tentang apa yang kita mau, tapi juga tentang menyelesaikan apa yang ada di depan. Hidup lo adalah hidup lo, jika lo menyerah, siapa yang mau berjuang demi hidup lo kalau bukan lo sendiri?"
Renata mencerna perkataan Vano. Entah kesambet apa Vano bisa berkata sebijak itu. Mereka berdua sama-sama saling diam. Suara bel rumah terdengar, Renata berjalan membuka pintu, dan dia terkejut saat tahu siapa yang datang.
"Hai, Ren," sapa Silva dan Rezvan kompak.
"Kalian kok disini? Tahu darimana alamat rumah gue?" tanya Renata bingung.
"Vano yang ngasih tahu ke kita semua," jawab Fadhil.
Renata hanya mengangguk setuju. Dia tidak terlalu biasa menerima banyak tamu seperti itu, biasanya rumahnya hanya ada dirinya dan pembantunya yang setia merawatnya.
"Pegel nih, Ren. Gak dipersilahkan masuk gitu?" Bisma memberi kode keras.
"Oh maaf. Mari masuk." Semua orang langsung masuk ke dalam rumah.
Mereka semua duduk lesehan di lantai. Vano pindah tempat duduk di sebelah Silva yang membuat semuanya bersiul menggoda. Lina sengaja menyenggol lengan cewek itu hingga membuat pipinya merah merona karena malu.
"Kaya magnet aja," sindir Kenzo.
"Maunya nempel terus," tambah Risma.
"Pasangan baru, biasa," kata Andhra.
"Langsung di bawa ke KUA aja," saran Arifin.
Semua orang tertawa mendengar saran Arifin. Semua heran dengannya karena bisa-bisanya dia memberikan saran seperti itu.
"Patutnya yang dibawa ke KUA itu Rezvan sama pacarnya," celutuk Danial.
"Cocok banget tuh," imbuh Ariena.
"Kenapa gak lo sama Lina aja, Dan?" Goda Rezvan.
Lina bergidik ngeri mendengar ucapan Rezvan.
"Eh... tuan rumahnya kok dari tadi diam saja?" Fadhil melirik kepada Renata.
![](https://img.wattpad.com/cover/188152850-288-k526811.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Silvano [Terbit]
Novela Juvenil⚠Awas dibikin gregetan dan baper sama kisah Silva dan Vano⚠ [PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT! Proses Revisi!!!] PART MASIH LENGKAP! Vano Viandra Putra, seorang ketua geng OrionAlthair yang sangat terkenal di kalangan siswa, guru, maupun masyarakat. Sika...