Pengakuan

4.2K 284 11
                                    

Hari selasa, SMA Andromeda mengadakan beberapa kegiatan lomba untuk memperingati HUT SMA Andromeda yang ke 30. Para siswa antusias mengikuti lomba tersebut. Ada berbagai lomba diantaranya; bola Volly, bola basket, lomba memasak, lomba menghias dan membersihkan kelas, Speech Contest, lomba fashion show, lomba membuat cover dance atau musik video, dan masih banyak lagi.

Untuk hari pertama diadakan lomba volly, lomba memasak. Para siswa berkumpul di lapangan dan sebagian di aula untuk melihat lomba memasak. Acara tersebut juga dimeriahkan oleh beberapa sekolah lain, termasuk SMK Acapella.

"Ada anak geng Rigelius disini, kita harus tetap waspada," titah Vano pada anak buahnya.

"Siap, bos."

Pertandingan volly dimulai dengan pertandingan antara SMK Acapella melawan SMA Alnilam. Para pendukung kedua belah pihak sama-sama berteriak mendukung jagoannya masing-masing.

Vano duduk melihat dari depan kelasnya yang berada di lantai dua. Dia bisa melihat ada Alvaro dan gengnya yang duduk di tempat bazar makanan dan minuman. Cowok itu tidak mengalihkan pandangannya dari Alvaro. Matanya selalu mengawasi gerak-gerik Alvaro.

"Van," panggil Danial.

"Ada apa?" tanya Vano.

"Lihat Silva tuh." Danial menunjuk ke arah Silva.

Vano mengedarkan pandangannya mencari sosok Silva yang ditunjuk Danial. Dia melihat Silva yang sepertinya sedang berdebat dengan anggota Rigelius. Vano langsung berlari turun ke bawah, ke tempat Silva berada.

"Ada apa ribut-ribut?" tanya Vano datar.

Silva menoleh ke arah sumber suara. "Vano?"

"Kalian cepat pergi dari sini sebelum gue habisi kalian." Anak Rigelius yang tadinya menggoda Silva langsung pergi ketika mendapat ancaman dari Vano.

"Lo gak apa-apa?" tanya Vano kepada Silva.

"Iya, gue... harus pergi sekarang."

"Kenapa lo sepertinya ngehindar dari gue?"

"Gue banyak tugas."

Silva pergi meninggalkan Vano. Dia berjalan menuju ke kelasnya. Vano juga kembali ke kelasnya. Saat di jalan, dia melihat Renata yang sedang diganggu oleh beberapa orang.

"Kalian apain Renata?" tanya Vano.

"Cewek kaya dia itu gak pantas sekolah disini, dia hanya bikin malu sekolah," jawab Raina.

"Harusnya lo itu ngaca! Perbuatan lo ke dia itu bikin malu atau gak?!"

Vano berhasil membungkam mulut Raina. Dia lalu membawa Renata ke rooftop sekolah yang sepi. Disana Renata bisa menumpahkan semua kesedihannya. Vano hanya bisa diam saja melihat cewek itu menangis, dia tidak tahu harus berbuat apa untuk menenangkan hatinya.

Disisi lain, Alvaro sepertinya sedang melamunkan sesuatu. Dia masih kepikiran kejadian kemarin malam saat Silva di rumahnya. Ada sesuatu yang disembunyikan cewek itu kepadanya. Tapi sesuatu apa itu?

*Flasback On*

"Mama gue ada di kamarnya, lo bisa masuk sendiri," kata Alvaro berada di depan pintu kamar mamanya.

"Ok. Gue bakal berusaha sebisa mungkin." Silva membuka pintunya dan masuk ke dalam.

Silva menghampiri bu Tina yang sedang melamun. Tatapannya kosong, pikirannya memikirkan anaknya yang hilang selama bertahun-tahun. Silva menepuk pundak bu Tina dan dia menoleh kepadanya.

"Kamu siapa?" tanya bu Tina.

"Anggap saja saya anak tante," jawab Silva ramah.

"Kamu Sivana?"

Silvano [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang