Seperti Semula

3.9K 253 12
                                    

Silva membereskan barang-barang yang ada di kamarnya. Semua barang-barangnya masih sama saat dia terakhir menempati kamar itu. Alvaro memang sengaja menjaga semua barang adiknya tersebut.

Silva menemukan sebuah album foto masa kecilnya. Dia membuka album tersebut. Dia melihat beberapa foto dirinya bersama dengan Alvaro dan Vano. Dulu mereka bertiga bersahabat dengan baik, tetapi apakah sekarang bisa seperti dulu lagi?

"Lihatin apa say?" tanya Alvaro yang berdiri di depan pintu.

"Lihatin foto kita bertiga waktu kecil," jawab Silva.

Alvaro duduk di sebelah Silva. Dia juga ikut melihat album kenangan masa kecil mereka.

"Hubungan kita bertiga bisa kembali seperti semula gak, ya?" tanya Silva.

Alvaro hanya diam saja saat Silva bertanya seperti itu. Hubungan Alvaro dan Vano hancur saat Silva hilang saat umur tujuh tahun. Silva hilang karena Alvaro sengaja meninggalkannya di sebuah taman bermain.

Alvaro sengaja meninggalkan Silva karena dia iri dengan adiknya itu. Silva lebih banyak mendapat kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya, sedangkan Alvaro lah yang selalu dimarahi jika bertengkar dengan Silva dan dia yang akan selalu dihukum. Bukankah seorang kakak bertanggung jawab untuk segala sesuatu?

"Gimana hubungan lo sama Vano?" tanya Alvaro.

"Sama seperti hubungan lo dengannya," jawab Silva santai.

"Kalian berantem? Apa gara-gara sikap Vano?"

"Iya, gue sengaja menghindarinya. Bukannya dulu lo sering menyuruh gue buat menjauhi Vano?"

Alvaro diam saja. Dia kalah telak dengan ucapan Silva. "Apa lo gak mau baikkan sama Vano?"

"Gue mau baikkan sama dia jika lo juga baikkan dengan dia. Dengan begitu hubungan kita akan seperti semula. Dulu kalian berantem cuma gara-gara gue, kan? Sekarang gue udah kembali lagi. Gak ada alasan buat kalian berantem mulu."

Alvaro menghela napasnya janggah. Dia akui memang dulu dia berantem dengan Vano karena Silva hilang. Vano sejak kecil susah menyukai adiknya itu dan dia marah besar saat mengetahui bahwa dirinya sendirilah yang membuat adiknya hilang hanya gara-gara masalah sepele.

Alvaro mengambil ponsel dari saku celananya. Dia mengirim pesan ke seseorang untuk menunya di sebuah kafe. Setelah mendapat balasan dari orang tersebut, Alvaro langsung mengajak Silva pergi.

"Ayo ikut gue," ajak Alvaro yang menarik tangan Silva keluar dari kamar.

"Kita mau ke mana?" Silva hanya mengikuti Alvaro.

"Menyelesaikan semuanya."
Alvaro menyuruh Silva naik ke motornya. Dia hanya menuruti perintah kakaknya itu dan Alvaro membawa Silva pergi ke tempat yang dia rencanakan.

Alvaro dan Silva duduk lesehan di sebuah kafe. Sembari menunggu seseorang, Silva memesan makanan dan minuman karena dia tadi belum makan malam.

"Kenapa lo ngajak gue ketemuan di sini?"

Silva sepertinya mengenal suara orang itu. Dia mendongakkan kepalanya dan benar saja, orang tersebut adalah Vano. Silva dan Vano saling bertatapan tapi hanya beberapa detik saja karena Silva langsung mengalihkan pandangannya.

"Duduk dulu! Ada sesuatu yang harus gue omongin ke lo," kata Alvaro santai seperti biasanya.

Vano duduk di hadapan Silva. Perempuan itu tidak menghiraukan kehadiran Vano dan melanjutkan menyantap makanan yang tadi dia pesan. Tidak sopan? Silva tidak peduli jika Vano menganggapnya seperti itu.

"Cepat katakan ada apa!" Vano berkata dengan ekspresi datar.

"Gue mau minta maaf ke lo atas semua kesalahan yang telah gue perbuat." Alvaro berkata to the point.

Silvano [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang