PAT {Penilaian Akhir Tahun}

3.9K 259 0
                                    

Setelah mengadakan beberapa event yang terbilang cukup besar, kini para siswa SMA Andromeda tengah disibukkan dengan PAT (Penilaian Akhir Tahun). Mereka harus belajar sungguh-sungguh supaya bisa naik kelas.

Sudah beberapa hari ini Vano mau belajar, kalau bukan Silva yang memaksa, dia tidak bakal mau membuka buku pelajaran sedetik pun. Tapi Silva selalu punya cara supaya cowok itu mau belajar dan dia bisa mengerjakan tes nya sendiri-- tidak mencontek Kenzo.

"Van, belajarnya yang serius dong," tegur Silva ketika melihat Vano malah asyik bermain game online.

"Iya nanti." Vano masih tetap fokus dengan ponselnya.

Silva menghembuskan napasnya janggah. Dia mengambil semua bukunya dan pergi pindah tempat-- menjauh dari Vano supaya dia bisa berkonsentrasi belajar. Vano yang sadar kalau Silva pergi, dia langsung menonaktifkan ponselnya dan menyusul Silva.

"Sorry," ucap Vano.

"Sorry? Buat apa? Emangnya lo salah apa?" tanya Silva tetapi pandangannya fokus ke buku pelajaran.

"Gue bakal belajar dengan sungguh-sungguh supaya gak ngecewain lo."

Silva menutup bukunya. "Percuma lo belajar cuma demi gue. Gak bermanfaat. Harusnya niat lo belajar itu supaya dapat ilmu bermanfaat, bukan buat gue."

Vano menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Serba salah."

Silva memutar kedua bola matanya malas, dia melanjutkan membaca buku pelajaran untuk mapel besok. Vano juga membuka buku pelajaran miliknya. Dia hanya membuka-buka halamannya saja tanpa ada niatan untuk membacanya.

Vano diam-diam curi pandang ke Silva. Cewek itu sangat fokus dengan buku yang dia baca. Silva melihat ke Vano, dan dengan sigap cowok itu langsung mengalihkan pandangannya ke buku pelajaran. Silva lalu melanjutkan belajar, sedangkan Vano malah berpindah tempat duduk di sebelah Silva.

"Ngapain lo pindah?" tanya Silva.

Vano tidak menghiraukan pertanyaan Silva, dia fokus membaca bukunya-- lebih tepatnya hanya membolak-balik halamannya. Silva juga sama dengan Vano. Tanpa disadari, Vano malah memperhatikan Silva dari samping, cowok itu terpesona dengan Silva.

"Fokusnya ke buku pelajarannya jangan ke gue," tegur Silva.

"Lebih enak mandang lo daripada mandang buku pelajarannya," kata Vano santai.

Silva lalu menutup wajahnya dengan salah satu bukunya. Tapi Vano malah mengambil buku tersebut-- membuat Silva jengkel kepadanya.

"Antarin gue pulang," pinta Silva.

"Gue gak mau," tolak Vano mentah-mentah.

"Gak mau ya udah, gue bisa pulang sendiri." Silva berjalan keluar. Tapi Vano menghadangnya di depan pintu.

"Jangan ngambek dong. Gue cuma bercanda," kata Vano.

"Bercandaan lo gak lucu."

Vano mengacak-acak rambut Silva dengan gemas. Dia menggandeng tangan Silva pergi naik ke motor. Dia juga memakaikan helm kepada ceweknya.

Vano tidak langsung mengantar Silva pulang, melainkan pergi ke tempat dimana teman-temannya berada. Disana mereka juga belajar sambil bermain tidak jelas. Ketika Vano dan Silva datang, mereka semua langsung heboh, termasuk Albris.

"Akhirnya kalian jadian juga," ucap Albris.

"Ngapain lo disini, bang?" tanya Vano asal ceplos.

"Mau ketemu sama gebetan." Albris mengedipkan sebelah matanya kepada Silva.

Silvano [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang