Sebuah Rahasia

3.9K 232 1
                                    

Renata membuka matanya. Dia melihat sekeliling, kepalanya terasa sangat pusing dan tubuhnya sakit semuanya. Dia melihat ada Kenzo dan Vano yang berdiri di sampingnya.

"Gue kenapa?" tanya Renata.

"Lo jatuh dari tangga saat mencoba untuk kabur," jawab Vano ketus.

"Silva? Apa dia masih hidup?"

"Gara-gara lo gue harus kehilangan Silva!"

Renata hanya tertawa puas. Bahkan dia tidak mempunyai rasa penyesalan sama sekali. "Akhirnya gue bisa melenyapkan cewek itu."

Vano mencekik leher Renata hingga dia kesulitan bernafas. "Lo benar-benar wanita jahat! Harusnya lo membusuk saja di penjara."

Kenzo menarik tubuh Vano supaya dia tidak membuat Renata kehabisan napas. "Sabar, Van! Lo bisa membuat anak orang meninggal."

"Gue gak peduli lagi!"

Renata memegangi lehernya yang habis dicekik oleh Vano. Dia tidak menyangka kalau Vano bisa kasar dengan cewek.

"Lo benar-benar mencintai Silva?" tanya Renata.

"Dari dulu, sekarang, dan kapan pun gue tetap mencintai Silva!" Vano menjawab dengan ketus.

Renata menundukkan kepalanya. Perasaan menyesal, sedih, bahagia, dan lainnya bercampur aduk menjadi satu. Disisi lain dia merasa puas karena rencana berhasil untuk membuat Silva celaka, sedangkan disisi lain dia sedih karena Vano masih saja mencintai cewek itu.

"Kenapa lo melakukan hal itu ke Silva?" tanya Kenzo.

"Hal apa?" tanya Renata pura-pura tidak tahu.

"Lo sudah beberapa hari mencelakai Silva, dan lo menculiknya lalu menembak dia. Apa salah Silva ke lo?"

"Gue... gue..."

"Gue kenapa?!" Vano membentak Renata.

Cewek itu mengeluarkan air matanya. "Gue iri dengan Silva! Meskipun dia tidak terlalu cantik, tapi dia banyak disukai banyak orang, termasuk lo, Van! Sejak pertama ketemu lo, gue jatuh cinta sama lo. Lo selalu ada buat gue, selalu membela gue, selalu melindungi gue. Gue pikir lo benar-benar sayang sama gue, tetapi semua harapan gue sirna saat tahu kalau lo jadian sama Silva."

"Kenapa lo harus sangat baik dan perhatian sama gue, Van?! Kenapa!"

Vano mengepalkan tangannya. Dia tidak menyangka kalau Renata ternyata suka sama dirinya, padahal Vano baik dan perhatian kepada cewek itu supaya dia tidak kehilangan harapan dan tidak merasa sendirian di dunia ini.

"Maafin gue, Ren. Tapi gue dulu hanya menganggap lo sebagai teman, gak lebih. Tapi, entahlah kalau sekarang."

Disisi lain, Silva sudah sadarkan diri, tapi dia lebih banyak diam dan tidak mau diganggu oleh siapa pun, bahkan teman-temannya yang mau menjenguknya, dia usir dengan terang-terangan.

Cuma Alvaro yang menunggu dia di sana. Dia juga tidak terlalu banyak bicara-- takut adiknya akan marah. Dia merasa ada yang aneh dengan sikap adiknya yang tidak seperti biasanya.

"Sil, lo kenapa?" tanya Alvaro lembut.

"Sakit," jawab Silva dengan tatapan kosong.

Silvano [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang