Teman Lama

3.7K 267 0
                                        

"Kenapa lo harus milih Silva, Vano?! Kenapa?!" Renata memberantakkan kamarnya.

Sejak pertama bertemu Vano, Renata mulai jatuh cinta kepadanya. Menurutnya, Vano merupakan cowok yang baik dan perhatian kepadanya. Dia rela melakukan apa saja supaya dirinya tenang. Tapi semuanya hancur ketika mengetahui bahwa Vano lebih memilih Silva daripada dirinya.

"Kita lihat saja nanti, gue bakal buat hubungan kalian hancur, apapun caranya. Jika perlu, gue bakal melenyapkan lo dari bumi ini." Renata membakar foto Silva lalu tertawa jahat.

***

Jam setengah delapan pagi Alvaro sudah stand by menunggu Silva di depan rumahnya. Sesuai rencana kemarin malam, Alvaro mengajaknya menjemput sesorang di bandara. Tak lama, Silva keluar dari rumah dan menuju ke tempat Alvaro menunggunya.

Alvaro langsung mencopot kacamata kuning yang dipakainya. Dia memperhatikan penampilan Silva dari atas sampai bawah. Gadis itu memakai jaket kulit berwarna abu-abu dipadukan celana jeans berwarna hitam dan rambutnya dibiarkan tergerai.

"Lo ngapain lihatin gue kaya gitu? Gak pantas ya?" tanya Silva.

"Gak kok, lo pantas pakai kaya gitu. Style lama lo, kan?"

"Masih ingat style gue waktu kecil ternyata," Silva sengaja menyindir Alvaro.

"Ingat dong, mentang-mentang lo pergi bertahun-tahun terus gue lupain semuanya tentang lo, gitu? Ya gak mungkin lah."

Silva hanya tersenyum geli. "Terserah lo lah, kita berangkat sekarang?"

"Baiklah."

Silva dan Alvaro masuk ke mobil, mereka berangkat menuju ke bandara. Saat di perjalanan, Silva tidak sengaja melihat Vano bersama dengan gengnya. Sepertinya mereka akan berkelahi dengan geng lain.

"Geng lo kau tawuran, ya?" tanya Silva.

"Gue gak tahu," jawab Alvaro jujur.

"Itu kenapa Vano sama gengnya seperti mau berkelahi?"

"Palingan Nando yang membuat masalah. Udahlah lo gak usah ikut campur dengan urusan mereka. Nando itu gak pernah mau patuh sama gue, jadi gue gak tahu apapun kelakuannya kepada Vano dan gengnya."

Silva hanya beroh saja, dia tidak mau terlalu peduli lagi dengan Vano, dia takut bakal sakit hati lagi. Alvaro membelokkan mobilnya lewat jalan tol supaya lebih cepat sampai di bandara.

Setelah sekitar satu setengah jam perjalanan, Alvaro dan Silva tiba juga di bandara. Mereka masuk ke dalam dan menunggu orang yang akan datang dari Belanda.

"Siapa sih orangnya?" tanya Silva kepo.

"Itu orang nya sudah datang." Alvaro menunjuk seorang cowok yang memakai kaos putih yang dipadukan dengan jaket jeans berwarna kuning dan celana jeans berwarna putih, dia memakai sepatu berwarna kuning dan kacamata kuning.

Silva nampak tidak asing dengan orang tersebut. Alvaro memeluk orang tersebut karena mereka sudah lama tidak bertemu. Orang tersebut berdiri di hadapan Silva dan melepas kacamatanya.

"Hallo pendek," sapa orang tersebut.

Silva mencubit lengan tangan orang tersebut dengan keras lalu menjewer telinganya. "Haikal!Kenapa lo masih sering memanggil gue dengan panggilan itu?!"

"Ampun ampun... gue gak bakal manggil lo dengan nama itu lagi."

"Awas aja kalau lo manggil gue dengan sebutan itu lagi!" Ancam Silva.

"Iya. Btw, gue kangen sama lo." Haikal tersebut langsung memeluk Silva untuk melepas rindu.

"Gue juga kangen sama lo." Silva membalas pelukan Haikal.

Silvano [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang