Pro & Kontra 2

4K 275 0
                                    

Albris ikut nongkrong di markas adiknya. Cowok itu cepat akrab dengan teman-teman Vano, terutama Rezvan. Mereka berdua jika dipadupadankan bisa menjadi sebuah satu kesatuan yang utuh.

"Bang, sejak kapan lo jadi ketua Antarespica?" tanya Rezvan.

"Sejak gue kelas sebelas sampai sekarang," jawab Albris.

"Udah punya pacar belum, bang?" tanya Andhra.

"Pacar? Gak punya, tapi kalau mantan sama gebetan, punya."

"Gebetan lo ada berapa?"

"Ada enam."

"Gila, gak jauh beda sama Rezvan."

Disisi lain, Alvaro sedang berkumpul dengan anak buahnya di markas. Seperti biasanya, Nando dan yang lainnya selalu meminum minuman keras, merokok. Cuma Alvaro saja yang tidak seperti mereka, dia hanya ikut-ikutan kumpul.

"Var, lo gak mau balas dendam sama Vano?" tanya Nando.

"Belum saatnya," jawab Alvaro santai.

"Terus kapan lo mau balas dendam sama dia? Atau jangan-jangan lo takut sama Vano?" Alvaro langsung menarik kerah baju Nando. Dia merasa harga dirinya telah direndahkan.

"Gue gak pernah takut sama Vano. Gue gak pengecut kaya lo!"

Nando terkekeh. "Buktikan kata-kata lo!"

"Gue udah bilang belum saatnya!"

"Bilang aja lo takut! Dasar cemen!"

Alvaro menonjok wajah Nando dengan sangat keras. "Lo itu yang cemen. Lo nyuruh Faisal buat hancurin markas OrionAlthair dan lo juga nyuruh dia buat fitnah gue bahwa gue yang nyuruh dia buat hancurin markasnya."

"Gue udah muak dengan lo, Var. Setiap kita berhadapan dengan OrionAlthair, pasti kita selalu kalah."

Alvaro diam saja, pikirinnya sedang menyusun rencana. "Farhan dan Vito, kalian bawa Silva kesini!"

"Seriusan? Bisa-bisa Vano ngamuk lagi kalau kita bawa Silva dibawa kesini," ucap Farhan.

"Biar gue urus masalah Vano. Satu lawan satu."

Farhan dan Vito segera melaksanakan perintah dari Alvaro, ketua mereka. Alvaro lalu pergi dari tempat tersebut karena merasa sesak dan dia tidak nyaman dengan bau asap rokok. Sebelum pergi, Alvaro mengirim pesan singkat kepada Farhan.

Farhan membaca pesan dari Alvaro, setelah itu dia membawa Silva ke tempat yang sudah ditentukan oleh Alvaro. Silva dalam keadaan tak sadarkan diri. Vito meletakkan Silva di sofa yang berada di markas Alvaro, bukan markas geng Rigelius. Markas tersebut biasa dijadikan tempat berkumpul untuk Alvaro, Farhan, dan Vito. Hanya mereka bertiga yang tahu tempat tersebut.

"Gak lo apa-apain, kan?" tanya Alvaro datar.

"Tenang aja bos, dia gak lecet sedikitpun," jawab Vito.

"Kalian pergi saja, gue mau bicara empat mata dengannya."

Farhan dan Vito segera keluar sambil berjaga-jaga kalau saja ada orang yang tiba-tiba datang. Bersamaan dengan kepergian mereka, Silva sadarkan diri dan mengerjapkan matanya dua kali karena melihat Alvaro berada di sampingnya.

"Kok gue ada disini?" tanya Silva bingung.

"Sorry, gue yang nyuruh anak buah gue buat bawa lo kesini," jawab Alvaro.

"Lo kan bisa minta gue datang baik-baik kesini. Gak perlu nyuruh anak buah lo!"

"Gue takut lo gak mau datang kesini."

Silvano [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang